Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi?
HIDAYAH
Media Pembelajaran dan Informasi
Rabu, 04 Juli 2012
Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi?
Senin, 26 Maret 2012
Selanjutnya saya ingin bertanya kepada sahabat, adakah di antara sahabat yang sering merasa galau? Sepertinya tak usah bertanya pun saya tahu bahwa sahabat semua pernah merasakannya, bahkan sampai mengungkapkan kegalauannya di status Facebook, entah langsung memamerkan kata galau atau dengan kalimat yang menyatakan kegalauan sahabat.
Memang sebenarnya arti kata galau itu apa ya? Saya mengajak sahabat memahami kata ini dengan melihat kisah orang-orang yang katanya galau yang pernah saya temukan.
Ada seorang mahasiswa terlihat sedang duduk di lobi kampus, tak jelas sedang apa, kerjanya garuk-garuk kepala, kelihatannya ia sedang menunggu jam kuliah kedua. Kadang ia duduk lalu berdiri kemudian duduk lagi. Atau ia mondar-mandir ke ruang kuliah dan balik lagi ke lobi. Sesaat saya mendengar salah seorang temannya bertanya, “Kenapa sih loe?” si mahasiswa pun menjawab, “Galau gw.”
Di lain waktu saya mengamati dari kejauhan seorang wanita melamun saja di taman, dari pagi sampai dzuhur saya lihat dia masih diam sendirian, ketika ia pergi, saya pun menyambangi tempat duduknya dan melihat secarik kertas yang sudah penuh coretan wanita tadi, terseliplah di situ kata galau.
Setelah mahasiswa dan seorang wanita, ternyata saya kembali melihat hal yang menarik dan membuat saya semakin penasaran dengan kata galau. Saat mengadakan rapat organisasi, masing-masing peserta rapat harus memberikan usul dan pendapat, namun ketika salah seorang teman saya diberi kesempatan akan hal itu, ia menolak bicara dan diam seribu bahasa, hanya satu kalimat yang ia katakan, “Maaf saya lagi galau,” Seketika itu juga seluruh peserta rapat ingin mengetahui apa gerangan yang menyebabkan hal itu terjadi. Akhirnya ia pun menjelaskan masalah yang sedang ia hadapi. Ia bingung harus bagaimana menceritakan kepada orang tuanya tentang nilai ujian semesternya yang terbilang rendah.
Sahabat, dari tiga peristiwa tadi kita dapat menyimpulkan makna galau yang beken di masyarakat. Galau bermakna perasaan yang tidak jelas, kebingungan, putus asa, atau tidak mood. Tetapi apa benar itu maknanya? Ketika saya googling, ternyata makna galau lebih mengarah kepada suatu perasaan yang tidak jelas dikarenakan oleh orang lain.
Namun ternyata di masyarakat kata galau sering digunakan pada perasaan-perasaan negatif, seperti tidak mood, putus asa, bingung, bimbang, dan banyak lagi.
Terlepas dari semua pemaknaan tentang kata galau dan terlepas dari bagaimana sahabat semua mendefinisikan kata galau, intinya galau menyatakan perasaan negatif terjadi pada diri sahabat. Iya negatif thinking sedang menyelimuti seluruh tubuh sahabat.
Sahabat, mari mengubah pandangan hidup kita terhadap suatu kejadian yang menimpa kita, terlebih kejadian yang tidak mengenakkan. Saya yakin sahabat pernah mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan dalam hidup ini bahkan efek dari kejadian tersebut membuat sahabat putus asa, lebih jauh lagi banyak sahabat kita yang meninggalkan Sang Pencipta karena berpikir bahwa ia tidak mendapatkan keadilan hidup di bumi ini.
Benarkah seperti itu? Jawabannya tidak. GALAU, God Always Listening Always Understanding.
Be positif thinking friends…. Allah mengetahui apa yang hambanya butuhkan, cobalah ingat apa yang pernah kita inginkan dulu. Cobalah ingat apa yang pernah kita minta dalam doa, tak pernahkah terkabul?
Ayo buang prasangka negatif dalam diri kita, bagaimanapun keadaan kita. Karena perasaan negatiflah yang membawa lesunya tubuh kita untuk bergerak, malasnya otak kita berpikir, sampai putus asa tak mencari ide, atau bisa-bisa bunuh diri. Lihatlah orang-orang yang menyatakan dirinya galau, mereka lesu, tak semangat, tak jelas apa yang dikerjakan. Sebegitu tak produktif dan hanya membuang waktu.
Sekarang cobalah memaknai galau dalam bingkai positif thinking, God Always Listening Always Understanding. Saya yakin sahabat akan bersemangat menjalani hidup ini, sahabat akan menjadi manusia luar biasa yang tak pernah putus asa walaupun dalam keadaan susah, walaupun dalam keadaan terjepit. Entah karena ekonomi sulit atau permasalahan lainnya. Dan yang terpenting sahabat akan menjadi lebih dekat dengan Allah karena sahabat berprasangka baik terhadap-Nya.
Seperti sebuah kisah seorang tukang ojek yang mampu menyekolahkan anaknya sampai menjadi Sarjana. Ia membeberkan rahasianya, kenapa ia bisa seperti itu. Jawabannya, “Biasa aja mas, saya hanya ngojek tiap hari dan berapa pun penghasilannya saya selalu bersyukur karena masih dapat uang. Malam hari saya berdoa agar besok diberi rezeki, seperti itu setiap hari. Dan ketika saya memang sedang butuh uang, pasti tarikan banyak mas, tapi ketika kebutuhan biasa saja, ya tarikan ga rame juga, emang Allah maha tau.”
Semua telah ada yang mengatur, tak perlu lagi kesedihan menghiasi kegagalan kita, tak perlu lagi kebimbangan mewarnai langkah kita. Yang perlu kita lakukan adalah berusaha dan berdoa, gantikan galau negatif dengan galau positif. Jikalau dalam film 3 Idiot kata-kata “All Is Well” menjadi penenang seseorang dalam posisi sulitnya maka perasaan Galau Positif akan jadi penenang kita. Keep Positif thinking cause God Always Listening Always Understanding.
Sumber: http://www.dakwatuna.com
Kamis, 22 Maret 2012
Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak: ada CINTA,KEKAYAAN, KECANTIKAN, KESEDIHAN,
KEGEMBIRAAN dan sebagainya. Awalnya mereka hidup berdampingan dengan baik dan saling melengkapi. Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik semakin tinggi dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri.
CINTA sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencuba mencari pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki CINTA. Tak lama CINTA melihat KEKAYAAN sedang mengayuh perahu.
"KEKAYAAN!KEKAYAAN! Tolong aku!" teriak CINTA.
Lalu apa jawab KEKAYAAN,"Aduh! Maaf,CINTA!" kata KEKAYAAN.
"Perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagi pula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini."
Lalu KEKAYAAN cepat-cepat mengayuh perahunya pergi meninggalkan CINTA tenggelam. CINTA sedih sekali, namun kemudian dilihatnya KEGEMBIRAAN lewat dengan perahunya.
"KEGEMBIRAAN! Tolong aku!", teriak CINTA.
Namun apa yang terjadi,KEGEMBIRAAN terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tuli tak mendengar teriakan CINTA. Air makin tinggi membasahi CINTA sampai ke pinggang dan CINTA semakin panik. Tak lama lewatlah KECANTIKAN.
"KECANTIKAN! Bawalah aku bersamamu!", teriak CINTA.
Lalu apa jawab KECANTIKAN, "Wah, CINTA, kamu basah dan kotor.Aku tak bisa membawamu ikut.Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini." sahut KECANTIKAN.
CINTA sedih sekali mendengarnya. CINTA mulai menangis terisak- isak. Apa kesalahanku, mengapa semua orang melupakan aku. Saat itu lewatlah KESEDIHAN. Lalu CINTA memelas,
"Oh, KESEDIHAN, bawalah aku bersamamu", kata CINTA.
Lalu apa kata KESEDIHAN, "Maaf, CINTA. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja...", kata KESEDIHAN sambil terus mengayuh perahunya.
CINTA putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. CINTA terus berharap kalau dirinya dapat diselamatlkan. Lalu ia berdoa kepadaTuhannya, “oh tuhan tolonglah aku, apa jadinya dunia tanpa aku, tanpa CINTA?
Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "CINTA! Mari cepat naik ke perahuku!" CINTA menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua reyot berjanggut putih panjang sedang mengayuh perahunya. Lalu Cepat-cepat CINTA naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Kemudian di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan CINTA dan segera pergi lagi. Pada saat itu barulah CINTA sedar, bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang baik hati menyelamatkannya itu. CINTA segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu. "Oh, orang tua tadi? Dia adalah "WAKTU", kata orang itu. Lalu CINTA bertanya "Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku", tanya CINTA heran. "Sebab", kata orang itu, "hanya WAKTU lah yang tahu berapa nilainya harga sebuah CINTA itu......"
CINTA KEPADA ALLAH CINTA RASUL CINTA IBU BAPA CINTA KEPADA UMMAH CINTA KEPADA KECEMERLANGAN MARI..KITA SEMUA... CINTA LIMA PERKARA..
oleh Munaliza Ismail » di poskan Oleh Tihurua El Hart
Rabu, 21 Maret 2012
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses pembangunan masyarakat Islam. Seluruh kegiatan diantarkan untuk menyatukan iman, ilmu sekaligus amal dalam kehidupan keseharian. Untuk itu perlu membangun masyarakat berlandaskan sendi agama. Pembangunan akan membawa kita ke arah kemajuan dan agama akan mengantar kita pada arah kebahagiaan. Dan kemajuan yang penuh kebahagiaan tentunya merupakan tujuan pembangunan masyarakat Indonesia, yakni masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
Penyebaran Islam tidaklah satu, maka rencana para da'i Islampun seyogyanya tidak hanya satu. Seorang muslim apapun kedudukannya, baik dia seorang raja, presiden, gubernur, pegawai, maupun sebagai orang awam atau orang biasa yang tidak mempunyai jabatan apapun, maka sama sekali tidak ada yang dapat melebihi kedudukan para da'i dan ulama.
Strategi dakwah bukan merupakan suatu aktivitas yang dapat dengan mudah terlihat dan dapat diukur oleh indera saja, serta untuk menghindari adanya kerancuan dan diskriminasi penilaian tentang mana strategi dakwah yang baik dan mana strategi dakwah yang kurang baik, maka disinilah kita perlu untuk melakukan suatu penelitian dan penggalian informasi lebih mendalam tentang strategi tokoh agama Desa Geger Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung. Karena hal ini dapat membantu dalam perkembangan dan kemajuan umat serta dapat menjadikan masukan untuk menjadi lebih baik khususnya bagi tokoh agama itu sendiri
Strategi disini mempunyai pengertian, bahwa dakwah tidak hanya dipakai sebagai transformasi nilai yang kadang terkesan sebagai pengandaian strktural atas-bawah (da'i dan orang didakwahi) saja dalam penyampaiannya padahal pengandaian hubungan itu seharusnya fungsional. Karena itu dalam hubungan fungsionalnya ada semacam strategi pola dan gaya penyampaian secara dialektik. Disinilah sesungguhnya keunikan dakwah dalam hubungannya dengan "strategi" .
Sebagai tokoh agama, dakwah merupakan suatu kebutuhan yang wajib terpenuhi. Karena ruang lingkup psikologi adalah manusia dan lingkungan. Manusia dan lingkungan hanya dapat dimasuki melalui dakwah Bil hasanah, karena manusia dan lingkungan bukanlah sebuah bilangan yang dalam menghadapinya dengan menghitungnya ataupun mengalikannya. Akan tetapi manusia dan lingkungan hanya dapat dihadapi dengan pemahaman. Sebelum kita memahami, tentunya ada suatu strategi atau suatu informasi yang harus diejah dan dikenali terlebih dahulu.
Dakwah dalam pelaksanaannya sudah barang tentu harus selalu berpegang teguh kepada apa yang telah digariskan oleh Allah dalam Al- Qur'an. Oleh karena itu agar strategi dakwah dapat berhasil dengan baik, maka para da'i harus senantiasa "bi al-hikmati" selalu bijaksana memilih metode yang tepat dan selaras dengan kadar tingkat budaya dan kecerdasan umum para objek dakwah (Qodri 'uqulihim), tempat, keadaan, waktu dan zaman dimana dakwah dilakukan.
Dalam surat An Nahl : 125 Allah berfirman
¦4ᅬᅬ }4 `|ᄀmr& 'ᅬdᅮLᄅ9$$ᅫ/Og9ᅬノ"y_ur ( puZ|ᄀpt:$# ᅬps¢ᅬ ̄qyJ9$#ur pyJ3ᅬt:$$ᅫ/ y7ᅫn/u' @ヒᅫ6yル'n<ᅫ)■ハ$# yuᅬノtGgJ9$$ᅫ/On= ̄r&q│dur 회&ᅫ#ヒᅫ6yル `t ̄ @|ᅧ`yJᅫ/ u On= ̄r&q│d 7ᆳ/u' bᅫ) artinya : "Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah mau'idhah hasanah dan bantahlah dengan cara yang baik pula, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang apa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Di dusun Sukorejo desa Geger merupakan salah salah satu dusun yang terdapat di desa Geger Kecamatan Sendang dimana sebagian besar penduduknya beragama Islam. Mengingat mayoritas penduduknya beragama Islam, idealnya suasana keberagamaan sehingga dengan kesamaan pandang ini diharapkan akan lebih mudah dalam mengarahkan serta memberikan pengertian-pengertian mengenai ilmu agama Islam. Akan tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kondisi keberagamaan di dusun Sukorejo desa Geger Kecamatan Sendang belum bisa menimbulkan aktivitas dakwah yang menonjol. Hal ini terbukti masih sedikitnya kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan, baik secara perseorangan maupun kelompok sosial. Masalah yang mendasari masih belum menonjolnya aktivitas keagamaan tersebut antara lain adalah masih kurangnya strategi dalam berdakwah baik yang dilakukan secara individual maupun organisasi, rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Sendang menyebabkan masyarakat masih mengutamakan peningkatan kesejahteraan ekonomi dibandingkan dengan melakukan aktivitas keberagamaan, masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Sendang menyebabkan masyarakat masih sulit menerima atau memahami materi dakwah yang diberikan, dan masih kuatnya keterikatan masyarakat dengan budaya dan tradisi turun temurun menyebabkan strategi dakwah terhambat dan tergantung pada acara- acara yang berkaitan dengan upacara tradisi tersebut, sehingga masyarakat masih enggan mengikuti kegiatan-kegiatan dakwah di luar kegiatan tersebut. Ini menggambarkan bahwa rendah pemikiran masyarakat desa untuk menanggapi atau merencanakan masa depan mereka. Sementara itu, ditinjau dari segi kuantitas, di dusun Sukorejo desa Geger Kecamatan Sendang sebenarnya mempunyai jumlah da'i yang cukup banyak. Jika para da'i tersebut dalam melakukan strategi dakwahnya terfokus, terukur, terarah, dan optimal dapat dipastikan kondisi keberagamaan di desa Geger tersebut akan meningkat. Dengan demikian, hal ini menuntut kontribusi dan partisipasi aktif para da'i dalam melakukan sebuah strategi dakwah Islamiyahnya. Dakwah yang telah dibangun oleh para tokoh agama sepanjang pengetahuan peneliti adalah dengan berdakwah dari rumah ke rumah apabila orang yang didakwahi mulai melemah imannya maka dengan segera mereka para tokoh meng-upgrate kembali orang tersebut. Walaupun di tengah kesibukan, namun mereka tetap menyisahkan waktu untuk berdakwah.. Kegiatan dakwah ini dilaksanakan setiap ba'da magrib dengan tiada henti-hentinya, kecuali jika kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Hal ini seperti yang terjadi pada masa Rasulullah sewaktu mulai mendakwahkan Islam dikala suasana yang kurang bersahabat dengan orang kafir Quraisy. Inilah yang menarik perhatian peneliti. Secara geografis, desa Geger beriklim tropis dengan mayoritas warganya berprofesi sebagai petani dan buruh ternak, yaitu beternak sapi perah milik sendiri maupun milik orang lain dengan sistem bagi hasil. hal ini bisa dilihat dalam aktivitas mereka sehari-hari, demi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Harta yang mereka miliki seperti ladang yang biasanya ditanami padi, namun untuk kehidupan mereka sangat berbeda dengan yang lainnya yaitu sebagian besar sawah milik mereka ditanami dengan rumput (suket) hanya untuk makan ternak mereka bahkan ada yang sampai dijual untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Secara umum kondisi desa Geger masih tradisional. Hal ini dibuktikan dengan minimnya fasilitas-fasilitas primer seperti sarana kesehatan, keagamaan dan pendidikan. Penduduk dusun Sukorejo dan beberapa dusun lainnya masih kurang intens dalam menyerap pendidikan terutama dalam bidang agama, sehingga mempengaruhi perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pemahaman agama mereka. Begitu pula dalam hal mental spiritual Islam. Penanaman dan pemahaman keagamaan bagi penduduk Islam sangat minim sekali, yang mana terlihat juga ketika orang yang berideologi lain melakukan kegiatan keagamaan mereka maka disana ada sekelompok ummat Islam yang turut berpartisifasi dalam kegiatan mereka tersebut. Hal ini sebabkan karena kurangnya pemahaman di kalangan umat Islam itu sendiri, juga terdapat tempat yang berada di lingkungan yang mereka tempati yang juga ditandai dengan adanya semacam tempat-tempat sakral. Di sana terdapat sekelompok umat Islam yang masih menggunakan tempat tersebut sebagai tempat untuk meminta yang dinamakan sebagai Punden (Pepohonan yang besar), Candi Penampihan yang juga terletak ᄆ 10 km dari tempat kediaman masyarakat sekitar. Sehingga desa tersebut masih jauh di bawah katagori cukup dalam hal keagamaan. Disini ada hal yang sangat menarik perhatian peneliti yaitu bagaimana strategi dakwah atau da'i yang ada di sekitar daerah itu, apa saja kiprah mereka dalam berdakwah dan apa harapan bagi mereka (tokoh agama yang ada di daerah sekitar itu) agar dakwah tetap eksis. Di dusun Sukorejo desa Geger ada beberapa orang yang diposisikan sebagai tokoh agama yang menjadi tempat bertanya bagi warga sekitar. Tokoh agama yang dimaksud adalah orang yang ahli dalam bidang agama, mereka juga menjadi da'i bagi warga sekitar yang tidak luput dari tantangan-tantangan dalam menyampaikan pesan dakwahnya. Fenomena-fenomena di ataslah yang melatar belakangi peneliti untuk meneliti "strategi dakwah tokoh agama dusun Sukorejo yang berada di desa Geger Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. B. Rumusan Masalah Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini tidak terjadi kerancuan, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut: Bagaimana Strategi Dakwah Tokoh Agama Desa Geger Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui Strategi Dakwah Tokoh Agama Desa Geger Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. D. Manfaat Penelitian Dari tujuan diadakannya penelitian tadi, maka adapun manfaat penelitaian yaitu penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang urgen. 1. Secara Teoritis a. Sebagai bahan bacaan atau referensi bagi semua pihak untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sosial dakwah. b. Sebagai kontribusi ilmu pengetahuan tentang strategi dakwah para da'i zaman sekarang ini. c. Sebagai referensi bagi juru dakwah, aktivis dakwah, para cendekiawan dakwah dan orang-orang yang memiliki semangat dalam mengembangkan misi dakwah 2. Secara Praktis Menambah khasanah keilmuan sebagai pengalaman ilmu yang peneliti peroleh selama di bangku kuliah, di Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al Hakim (STAIL) Surabaya. E. Definisi Operasional 1. Strategi Ilmu siasat dalam melakukan sebuah kegiatan, atau muslihat untuk mencapai suatu tujuan. Perkataan strategi pada mulanya dihubungkan dengan operasi militer dalam skala besar-besaran. Oleh sebab itu, strategi dapat berarti "ilmu tentang perencanaan dan pengarahan operasi militer secara besar-besaran". Di samping itu dapat pula berarti "kemampuan yang terampil dalam menangani dan merencanakan sesuatu". Sedangkan tujuan suatu strategi ialah untuk merebut kemenangan atau meraih suatu hasil yang diinginkan. Seiring dengan berkembangnya zaman, maka para da'i pun dalam menyampaikan dinullah diuntut untuk mnengeluarkan segala kemampuannya dalam meramu strategi yang akan digunakan dalam menghadapi permasalahan-permasalahan mad'u dewasa ini, demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Termasuk para tokoh agama yang harus memiliki strategi yang meliputi: metode, pendekatan dan tekhnik dalam berdakwah di masyarakat, seperti mengadakan pengajian mingguan dan bulanan, seminar keislaman, mabit, dan menyelanggarakan PHBI. 2. Dakwah Dakwah adalah Setiap usaha atau dengan lisan atau lukisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lain untuk beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari'at serta akhlak islamiyah." Menurut Asmuni Syukir (1983) dalam bukunya" Dasar-dasar Strategi Dakwah Islamiyah", mendefinisikan dakwah ke dalam dua sudut pandang, yakni pengertian dakwah yang bersifat pembinaan dan pengembangan. Yang dimaksud dengan dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu kegiatan untuk mempertahankan dan menyempurnakan serta menegakkan suatu hal yang telah ada. Sedangkan arti dari pengembangan adalah suatu kegiatan yang mengarah kepada pembaharuan atau mengadakan suatu hal yang belum ada. 3. Tokoh agama Yang dimaksud dengan tokoh agama di sini adalah orang yang menjadi tempat bertanya bagi warga sekitar dalam hal agama, dan menjadi panutan dalam mengamalkan ajaran Islam. Tokoh yaitu orang yang memiliki keunggulan dan mempunyai jasa besar dalam sebuah organisasi dan lainnya Orang yang memiliki keunggulan dan mempunyai jasa besar dalam bidang agama islam, dan istilah ini lebih dikenal dengan sebutan Da'i. 4. Desa Geger Sebuah desa yang terletak Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung yang terletak di bagian utara. Juga di salah satu lereng gunung Wilis. Yang beriklim tropis dan masyarakatnya sebagian besar hidup sebagai buruh ternak sapi perah dengan sistem bagi hasil. Dengan demikian dapat simpulkan bahwa strategi dakwah tokoh agama merupakan usaha da'i dengan lisan, tulisan ataupun lukisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lain untuk beriman untuk mentaati Allah SWT, dan mensiasati/melakukan kegiatan dakwah dengan perencanaan dan pengarahan yang matang demi tercapainya tujuan dakwah yaitu masyarakat Islam kaffah. F. Sistematika Pembahasan Untuk menjawab persoalan-persoalan yang ada, maka peneliti menyajikan rancangan dalam bentuk rincian umum sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, ruang lingkup penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian. Bab. II Kajian Pustaka Dalam bab ini dipaparkan tentang pengertian dakwah, teori dakwah beserta unsur-unsurnya, dakwah pada masyarakat pedesaan, serta akan dibahas tentang strategi dakwah secara teoritis. Bab. III Metode Penelitian Bab ini akan membahas tentang rancangan penelitian, jenis dan sumber data, obyek penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data, teknik keabsahan data. Bab. IV Sajian Data Penelitian dan Analisis Data Bab ini akan menjelaskan dan mengelolah tentang hasil temuan Mengenai Strategi Dakwah Tokoh Agama di dusun Sukorejo Desa Geger. Yang dilakukan oleh peneliti. Bab. V Penutup Bab ini merupakan penutup skripsi yang berisi simpulan, saran dan penutup. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Dakwah 1. Pengertian Dakwah Istilah keagamaan yang paling populer di kalangan kita saat ini adalah istilah dakwah. Akan tetapi yang sering terjadi disempitkan artinya oleh kebanyakan orang sehingga dakwah identik dengan pengajian, khutbah dan arti-arti sempit lainnya. Ditinjau dari segi etimologis, dakwah berasal dari bahasa arab "dakwah" dari kata da'a (???) yad'u (????) da'watan (????) yang berarti panggilan, ajakan, seruan. Dakwah dengan pengertian di atas dapat dijumpai dalam ayat-ayat al qur'an, antara lain : tA$s% b>u' `fᅤbᄀ9$# マ=ymr& ᆬ'n<ᅫ) $ᆪJᅬB ᅮᅪ_tRq ̄ ̄ノtテ ᅬmヒs9ᅫ) ( ゙ Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. ᆰ!$#ur (#q ̄ ̄ノtテ 4'n<ᅫ) ᅪ'#yハ O"n=ᄀᄀ9$# "ᅬノkuノur `tB ¬¦!$tᄆo" 4'n<ᅫ) :ᄎuホᅤ 8L↓)tFᄀoB ᅦᅨᅫ Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam. (Yunus : 25) Arti kalimat darussalam ialah: tempat yang penuh kedamaian dan keselamatan. pimpinan (hidayah) Allah berupa akal dan wahyu untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Suatu strategi penyampaian nilai-nilai islam kepada umat manusia demi terwujudnya tata kehidupan yang imani dan realitas hidup yang islami. Atau agen mengubah manusia kea rah yang lebih baik. Secara terminologi, para ulama memberikan takhrif (definisi) yang bermacam-macam antara lain : HSM Nasaruddin Latif dalam bukunya Teori Dan Praktek Dakwah Islamiyah mendifinisikan dakwah : Setiap usaha atau dengan lisan atau lukisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lain untuk beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari'at serta akhlak islamiyah Prof. Doktor H. Aboebakar Atjeh dalam bukunya "Beberapa Catatan Mengenai Dakwah Islam mengatakan bahwa: Dakwah adalah seruan kepada manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasehat yang baik. Prof. Toha Yahya Oemar, MA mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemashlahatan dan kebahagiaan mereka dunia akhirat. Muhammad Kidr Husain dalam bukunya "al dakwah ila Al ishlah" mengatakan, dakwah adalah upaya untuk memotivasi orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amr ma'ruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebenarnya masih banyak lagi takhrif dakwah yang dikemukakan oleh para ulama' yang lain, akan tetapi beberapa takhrif di atas sudah dapat memberikan gambaran pengertian dakwah. Walaupun beberapa takhrif di atas berbeda redaksinya akan tetapi setiap takhrif dakwah memiliki tiga unsur pengertian pokok, yaitu ; 1. Dakwah adalah proses penyampaian ajaran Islam dari seseorang kepada orang lain. 2. Penyampaian ajaran Islam tersebut dapat berupa amar ma'ruf ajakan kepada kebaikan dan nahyi munkar (mencegah kemaksiatan/ kemunkaran) 3. Usaha tersebut dilakukan secara sadar dengan tujuan terbentuknya suatu individu atau masyarakat yang taat dan mengamalkan sepenuhnya seluruh ajaran islam. 2. Tujuan Dakwah Adapun tujuan program kegiatan dakwah dan penerangan agama tidak lain adalah untuk menumbuhkan pengerian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerangan agama. Oleh karena itu ruang lingkup dakwah dan penerangan Agama adalah masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan motivasi yang bersifat positif dalam segala lapangan hidup manusia. Yang utama dari dakwah itu ialah mengubah pandangan atas hidup : $pkレノr'ᆵ"tテ z`テᅬ%ᄅ!$# (#q ̄ZtB#u¦ (#q7ハftGル$# ! Aqルᄃヘ=ᅬ9ur #sフᅫ) N¦.$t ̄yハ $yJᅬ9 N¢6ヒᅪハt¦ニ ( Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.(QS. Al-Anfal: 24). Dalam ayat ini tegaslah yang jadi maksud dari dakwah, menyadarkan manusia akan arti yang sebenarnya dari hidup ini. Bukanlah hidup itu hanya semata-mata untuk makan dan buat minum. Yang hanya makan dan minum hanyalah binatang. Seekor ular phyton yang besar, ringan badannya kesana kemari mencari makan, lalu ia bertemu seorang manusia terpencil, dimakannya manusia itu, ditelan masuk perutnya, sampai seluruh badan manusia itu ditelannya bulat-bulat sampai penuh perutnya dengan bangkai manusia tadi. Setelah keluarga manusia itu merasa kehilangan sebab kawannya sudah tidak ada lagi, lalu mereka ke sana ke mari tidak juga bertemu. Akhirnya ditemukanlah ular besar, tidur seenaknya, tidaklah dia lari melihat manusia yang telah berkerumun mencari-cari temannya yang hilang. Kesudahannya mereka heran melihat ular itu, manusia telah berkerumun, mengapa dia tidak lari. Perutnya buncit, rupanya karena kekenyangan. Lalu dibunuh oranglah ular itu! Sedikitpun dia tidak berupaya untuk melawan atau melarikan diri. Sebab dia terlalu kenyang. Rupanya asal perutnya kenyang, ular tidak sempat berfikir lebih dahulu apakah makanan yang dimakannya itu berarti kematian untuk dirinya sendiri. Oleh sebab itu manusia makan, itu adalah untuk melanjutkan hidup. Karena perut berisi, pikiran pun terbuka, untuk membuat hidup itu lebih berarti. 3. Unsur-Unsur Dakwah Yang dimaksud unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur itu adalah da'i (pelaku dakwah), mad'u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), Wasilah (media dakwah), thariqah (metode), dan atsar (efek dakwah). a. Da'i (Pelaku Dakwah) Yang dimaksud dengan da'i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan, tulisan ataupun perbuatan yang baik sebagai individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga. Da'i sering disebut kebanyakan orang dengan sebutan "Muballigh" (orang yang menyampaikan ajaran Islam). Akan tetapi sebagaimana telah disebutkan pada pembahasan di muka sebutan itu sebenarnya lebih sempit dari pengertian yang sebenarnya. Da'i merupakan unsur dakwah yang paling penting, sebab tanpa da'i Islam hanyalah sekedar ideologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat. Biar bagimanapun baiknya ideologi Islam harus disebarkan di masyarakat, ia akan sebagai ide, ia akan tetap sebagai cita-cita yang tidak terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya. Karena pentingnya fungsi da'i ini, maka banyak al qur'an dan hadits yang memberikan sifat-sifat dan etika yang harus dimiliki da'i. Abu a'la al Maududi dalam bukunya "Tadzkiratud Du'atil Islam" mangatakan bahwa sifat-sifat yang harus dimiliki da'i secara perorangan dapat disimpulkan sebagai beriktut : 1. Sanggup memerangi musuh dalam dirinya sendiri yaitu hawa nafsu untuk taat sepenuhnya kepada Allah dan Rasul-Nya sebelum memerangi hawa nafsu orang lain. 2. Sanggup berhijrah dari hal-hal yang maksiat yang dapat merendahkan dirinya di hadapan Allah dan di hadapan masyarakat. 3. Mampu menjadi uswatun hasanah dengan budi dan akhlaknya bagi masyarakat yang menjadi mad'unya 4. Memiliki persiapan mental : a. Sabar yang meliputi sifat-sifat teliti, tekad yang kuat, tidak bersikap pesimis dan putus asa, kuat pendirian serta selalu memelihara keseimbangan akal dan emosi b. Senang memberi pertolongan kepada orang dan siap berkorban, mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, harta serta kepentingan yang lain. c. Cinta dan memiliki semangat yang tinggi dalam mencapai tujuan. d. Menyediakan diri untuk bekerja yang terus menerus secara teratur dan berkesinambungan. Di samping sifat-sifat di atas, Dr. Hamzah Ya'kub menambah sifat-sifat sebagai berikut : 1. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang al qur'an dan sunnah rasul serta ilmu-ilmu yang berinduk pada keduanya seperti tafsir, ilmu hadits, sejarah kebudayaan dan sebagainya. 2. Memiliki pengetahuan yang menjadi alat kelengkapan dakwah seperti ilmu dakwah, psikologi, antropologi, dan sebagainya. 3. Penyantun dan lapang dada, karena apabila dia keras dan sempit pandangan, maka akan larilah manusia meninggalkan dia. Allah berfirman : qs9ur |MY¦. $ネ¢s x£ヒᅫ=x○ ==s)9$# (#q'ᅭxR]w `ᅬB y7ᅬ9qym ( Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu (Ali Imran : 159) 4. Berani kepada siapapun dalam menyatakan, membela dan mempertahankan kebenaran. Seorang muballigh yang penakut bukan dia akan mempengaruhi masyarakat ke jalan Allah melainkan dialah yang akan terpengaruh olah masyarakat. Dengan kenyataan ini, dapatlah kita simpulkan bahwa pada dasarnya semua pribadi muslim itu berperan secara otomatis sebagai mubaligh artinya orang yang harus menyampaikan atau dikenal sebagai komunikator dakwah maka dalam komunikasi dakwah ini, yang berperan sebagai komunikator (Muballigh) ialah : 1. Secara umum; adalah setiap muslim/muslimat yang mukallaf (dewasa) dimana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu hal yang melekat tidak terpisah dari missionnya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah "sampaikanlah walaupun hanya satu ayat". 2. Secara khusus; adalah mereka yang mengambil keahlian khusus (mutakhasis) dalam bidang agama Islam yang dikenal dengan panggilan ulama. Orang melakukan dakwah. Ia disebut juga da'i (tokoh agama). Dalam ilmu komunikasi pendakwah adalah komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan komunikasi (message) kepada orang lain. Karena dakwah bisa melalui tulisan, lisan, perbuatan, maka penulis keislaman penceramah Islam, muballigh, guru mengaji, pengelolah Panti Asuhan Islam, dan sejenisnya termasuk pendakwah. Pendakwah bisa bersifat individu ketika dakwah yang dilakukan secara perorangan dan juga bisa kelompok atau kelembagaan. Ketika dakwah digerakkan oleh sebuah kelompok atau organisasi. Dari segi keahlian yang dimiliki, Toto Tasmara menyebutkan juga dua macam pendakwah: 1. Secara umum adalah setiap muslim yang mukallaf (sudah dewasa). Kewajiban dakwah telah melekat tidak terpisahkan pada mereka sesuai dengan kemampuan masing-masing sebagai realisasi perintah Rasulullah untuk menyampaikan Islam kepada semua orang walaupun hanya satu ayat. 2. Secara khusus adalah muslim yang telah mengambil spesialisasi (mutakhashis) di bidang agama Islam, yaitu ulama dan sebagainya. Dalam hadits diriwayatkan oleh Muslim (1988, II: 227:170) dari Tsauban, Nabi SAW bersabda, "di antara umatku selalu ada kelompok yang menegakkan kebenaran. Orang membenci mereka tidak dapat memberikan bahaya kepada mereka. Hingga datangnya keputusan Allah, mereka pun seperti itu" dimanapun kapanpun, dan bagaimana pun pendakwah selalu hadir untuk mempelajari ajaran Islam sekaligus mempekenalkannya kepada masyarakat luas. Abd al Karim Zaydan (1993: 325) juga menghendaki kesempurnaan seorang pendakwah . Ia menuntut para pendakwah agar memiliki pemahaman Islam yang mendalam, iman yang kokoh, dan hubungan yang kuat dengan Allah SWT. Secara terperinci, Al Bayanuni (1993: 155-167) memberikan persyaratan pendakwah sebagai berikut: 1. Memiliki keyakinan yang mendalam terhadap apa yang akan didakwahkan. 2. Menjalin hubungan yang erat dengan mitra dakwah. 3. Memiliki pengetahuan dan wawasan tentang apa yang didakwahkan. 4. Ilmunya sesuai dengan perbuatannya dan konsisten (istiqomah) dalam pelaksanaannya. 5. Memiliki kepekaan yang tajam. 6. Bijak dalam mengambil metode. 7. Perilakunya terpuji. 8. Berbaik sangka dengan umat Islam. 9. Menutupi celah orang lain. 10. Berbaur dengan masyarakat jika dipandang baik untuk dakwah dan menjauh jika justru tidak menguntungkan. 11. Menempatkan orang lain sesuai dengan kedudukannya dan mengetahui kelebihan masing-masing individu. 12. Saling membantu, saling bermusyawarah, dan saling menasehati dengan semua pendakwah. Abu A'la al Maududi dalam bukunya Tazkirah al-Du'ah al-Islam (1984: 36-54) mengatakan bahwa sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pendakwah (da'i/tokoh agama) dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sanggup memerangi musuh dalam dirinya sendiri yaitu hawa nafsu demi ketaatan kepada Allah dan Rasulnya 2. Sanggup berhijrah dari hal-hal yang maksiat yang dapat merendahkan dirinya di hadapan Allah SWT, dan di hadapan masyarakat. 3. Mampu menjadi uswatun hasanah dengan budi dan akhlaknya bagi mitra dakwah. 4. Memiliki persiapan mental: a. Sabar yang di dalamnya meliputi sifat-sifat teliti, tekad yang kuat, tidak bersifat pesimis dan putus asa, kuat pendirian serta selalu memelihara keseimbangan antara akal dan emosi. b. Senang memberikan pertolongan kepada orang dan bersedia berkorban, mengorbankan waktu, tenaga pikiran dan harta serta kepentingan orang lain. c. Cinta dan memiliki semangat yang tinggi dalam mencapai tujuan. d. Menyediakan diri untuk berkorban dan bekerja terus-menerus secara teratur dan berkesinambungan. Tidak semua da'i yang memenuhi syarat di atas berhasil dalam dakwahnya. Boleh jadi da'i yang memiliki sedikit ilmu mampu menggerakkan masyarakat menuju jalan Allah SWT. Dalam tahapan pertama dakwah, kita memerlukan orang yang mampu meyakinkan orang tentang ajaran Islam, ini adalah kunci sukses dakwah. Da'ilah yang membuka pintu gerbang ajaran Islam. pendakwah harus orang yang dapat dipercaya oleh mitra dakwah. Di sini kedudukan dan tingkah laku da'i menjadi sorotan yang pertama. Tidak perlu ilmu yang tinggi untuk menghadapi orang yang baru mengenal Islam, tetapi hal ini membutuhkan kebijakan yang tinggi. Kepada muslim pemula termasuk para mualaf (yang baru mengenal Islam), tidaklah tepat jika mengutarakan perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang suatu hukum agama. Kepada orang awam, kita hanya menyampaikan ajaran yang mudah dipahami dan dikerjakan agar mereka tidak terbebani secara psikologis. Inilah yang kita sebut dengan istilah pendakwah (da'i/tokoh agama) yang strategis. Setiap da'i idealnya merasa sebagai pejuang yang bekerja untuk menyelamatkan masyarakat dari bencana dan mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki. Sebagai seorang pejuang maka seorang da'i tidak merasa lelah, tidak mengharapkan penghargaan, dan juga upah. Kebahagiaan seorang da'i adalah apabila ia berhasil membimbing masyarakat kepada jalan yang benar, yang diridhoi Allah. Bagi seorang da'i ridho Allah ialah yang ia cari, oleh karena itu tantangan, hambatan dan bahkan caci maki dari masyarakat yang belum bisa menerima dakwahnya diterima dengan ikhlas, sabar, dan dijadikan cambuk perjuangan. Demikian betapa mulia tugas seorang da'i, ia bersusah payah demi kebahagiaan orang lain, tetapi pertanyaannya adalah apa da'i juga mulia dalam pandangan masyarakat? Dalam kehidupan keseharian, dapat dijumpai bahwa tidak semua orang yang baik dipersepsi sebagai orang baik, tidak semua tugas mulia dipandang sebagai kemuliaan. Memberi nasihat dipersepsi sebagai orang sok tahu atau mencampuri urusan orang lain, mengingatkan dipersepsi sebagai penghinaan, dan sebagainya. Dengan demikian kerja keras seorang da'i belum tentu dipersepsi sebagai kebaikan oleh masyarakat mad'u, padahal persepsi mad'u, terhadap da'i mempengaruhi efektifitas dakwahnya. Salah satu ciri dakwah yang efektif adalah apabila hubungan antara da'i dan mad'u (hubungan Interpersonal atau hubungan batin) semakin meningkat. Kedekatan hubungan antara kedua belah pihak itu boleh jadi terjadi secara alamiah karena bertemunya dua unsur yang saling membutuhkan dan saling mendukung, tapi juga merupakan buah dari hasil kerja dakwah yang efektif, yakni melalui usaha kerja keras yang lama. Maka ada beberapa faktor yang mendekatkan da'i dan mad'u Keterikatan dan sikap positif masyarakat terhadap da'i, dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Ketertarikan da'i dan mad'u boleh jadi disebabkan karena daya pesona seorang da'i, orangnya gagah, sikapnya lemah lembut, halus budi, memiliki kemampuan membantu masyarakat dalam menyelesaikan problem sosial mereka, dan mampu memberikan harapan masa depan (optimisme) kepada masyarakat luas. 2. Ketertarikan itu boleh jadi karena kehadiran da''i tepat pada saat masyarakat membutuhkan figur yang seorang da'i, yakni di kala suasana psikologis sedang menunggu kehadiran seseorang yang didambakan tiba-tiba hadir seorang da'i mengisi kekosongan. b. Mad'u (mitra dakwah/penerima dakwah) Unsur dakwah yang kedua adalah mad'u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun kelompok, baik manusia yang beragama Islam atau tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Firman Allah : !$tBur y7"oY=yル'r& ゙wᅫ) Zpᄅ!$゚2 ᅣᄄ$ᄄY=ᅬj9 #Zホヘᅬᄆo0 #\ヘテヒtRur ᆪ`ᅤ3"s9ur uホsY2r& ᅣᄄ$ᄄZ9$# ゚w レcqJn=│tテ Dan kami tidak mengutus Engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Saba' : 28) Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-orang yang beragama Islam, dakwah bertujuan untuk meningkatkan kualitas iman, Islam dan Ihsan. Mereka yang menerima dakwah ini lebih tepat disebut Mitra Dakwah dari pada sebutan obyek dakwah, sebab sebutan yang kedua lebih mencerminkan kepasifan penerima dakwah, padahal sebenarnya dakwah adalah suatu tindakan menjadikan orang lain sebagai kawan berfikir tentang keimanan, syari'ah dan akhlak untuk kemudian diupayakan dihayati dan diamalkan barsama-sama. Mad'u (mitra dakwah) terdiri dari berbagai macam golongan manuisa. Oleh karena itu menggolongkan mad'u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri. Manusia sebagai makhluk individu memiliki tiga macam kebutuhan hidup yang harus dipahami secara seimbang, yaitu: 1. Kebutuhan kebendaan (material). Pemenuhan aspek ini akan memberikan kesenangan bagi hidup manusia 2. Kebutuhan kejiwaan (spiritual). Pemenuhan aspek ini akan memberikan ketenangan ketentraman dan kedamaian dalam bathinnya, dan 3. Kebutuhan kemasyarakatan (sosial). Pemenuhan aspek ini akan membawa kepuasan bagi hidup manusia. Muhammad Abduh membagi mad'u menjadi tiga bagian golongan, yaitu: 1. Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan. 2. Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi 3. Golongan yang berbeda dengan keduanya tersebut, mereka senang membahas sesuatu tapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara mendalam. Adapun mad'u dapat diklasifikasi sebagai berikut: a. Mitra Dakwah Perspektif Toelogis. Ada dua pembahasan teologis terkait dengan mitra dakwah, yaitu sejauh mana dakwah telah menjangkau mereka dan bagaimana klasifikasi mereka setelah menerima dakwah. Masalah pertama menjadi polemik dalam sejarah Islam saat umat Islam dihadapkan pada munculnya pemikiran teologis dalam kaitannya dengan kepentingan politik. Dari sisi sejauh mana dakwah yang diterima, Bassam al Shabagh membagi mitra dakwah ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Kelompok yang pernah menerima dakwah. Kelompok terdiri dari tiga kelompok juga yaitu: a. Menerima dengan sepenuh hati (mukmin) b. Menolak dakwah (kafir), dan c. Pura-pura menerima dakwah (munafik) 2. Kelompok yang belum pernah menerima dakwah. Kelompok ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Orang-orang sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. b. Orang-orang setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW. 3. Kelompok yang mengenal Islam dari informasi yag salah sekaligus menyesatkan. Gambaran lain dari umat yang belum mendapatkan dakwah setelah diutusnya Rasulullah SAW. Adalah masyarakat yang terisolasi. Hingga saat ini, banyak suku-suku yang terpencil hidup dengan tradisinya sendiri. Umumnya, tradisi yang dipertahankan adalah kepercayaan dan pemujaan terhadap alam. Tidak sedikit orang modern yang pernah menemui mereka, bahkan teknologi dan informasi yang sudah diperkenalkan kepada mereka. Karenanya masyarakat terasing dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, mereka yang telah diperkenalkan Islam, langsung maupun tidak secara langsung, dan mereka yang belum sama sekali belum diperkenalkan Islam. Kelompok terakhir ini hampir sulit ditemukan, jika enggan dikatakan mustahil. Dengan demikian bisa diasumsikan bahwa seluruh masyarakat Islam saat ini telah mengenal Islam. Pertanyaan yang masih mengganjal bagaimana jika Islam yang mereka dapatkan berasal dari mereka yang tidak simpati kepada Islam, sehingga mereka memahami Islam secara salah. b. Mitra Dakwah Perspektif Sosiologis Mitra dakwah sangat luas cakupannya. Ia dapat dikelompokkan dari berbagai sudut sesuai disiplin ilmu sosial yang digunakan. Dari kacamata sosial-ekonomi, mitra dakwah dapat digolongkan berdasarkan ketenagakerjaan, pekerjaan, penghasilan dan penguasaan sumber ekonomi. Berdasarkan ketenagakerjaan, ada mitra dakwah yang masih menganggur, dan ada yang telah bekerja. Menurut penguasaan sumber ekonomi mitra dakwah dapat dibedakan antara pemilik (shahih al-mal) dan pekerja ('Amil). c. Maddah (Materi Dakwah) Maddah dakwah adalah isi materi pesan yang disampaikan oleh da'i kepada mad'u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena itu membahas apa yang menjadi maddah dakwah adalah membahas ajaran Islam itu sendiri, sebab ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan maddah dakwah.akan tetapi ajaran Islam yang dijadikan maddah dakwah itu pada garis besarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: I. Aqidah, yang meliputi: a. Iman Kepada Allah b. Iman Kepada Malaikat Allah c. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah d. Iman Kepada Rasul-Rasul Allah e. Iman Kepada Hari Akhir f. Iman Kepada Qadla Dan Qadar. II. Syari'ah yang meliputi: a. Ibadah (dalam arti khas): 1. Thaharah (Bersuci) 2. Shalat 3. Zakat 4. Saum (Puasa) 5. Hajj b. Mu'amalah (dalam arti luas): 1. Al Qanunul Khas (hukum perdata) a. Mu'amalah (hukum niaga) b. Munakahah (hukum nikah) c. Waratsah (hukum waris) 2. Al Qanunul'am (hukum publik) a. Jinayah (hukum pidana) b. Khilafah (hukum negara) c. Jihad (hukum perang dan damai) c. Akhlaq yaitu meliputi: a. Akhlaq terhadap khaliq b. Akhlaq terhadap makhluk yang meliputi: 1. Akhlaq terhadap manusia a. Diri sendiri b. Tetangga c. Masyarakat lainnya 2. Akhlaq terhadap bukan manusia a. Flora b. Fauna c. Dan lain sebagainya. (Endang Saefuddin Anshari, 1980: 71). Dengan demikian orang bertakwah adalah orang yang mampu mengaktualisasikan pembinaan akhlak mulia yang menjadi ajaran paling dasar dalam Islam. KH. Ali Safie menyebutkan lima pokok materi dakwah, yaitu: 1. Masalah Kehidupam Alhayat yang dianugerahkan Allah kepada manusia merupakan modal dasar yang harus dipergunakan secermat mungkin. Dakwah memperkenalkan ada jenis kehidupan di bumi yang sangat terbatas ruang dan waktunya (al hayatud- dunya) dan kehidupan akhirat yang tidak terbatas dan kekal abadi sifatnya. 2. Masalah Manusia Bahwa manusia adalah makhluk "muhtarom" yang hidupnya harus dilindungi secara penuh. Kemuliaan pada pada manusia (al-Karamatul Tusaniah) menempatkan manusia dalam dua status: a. Ma'shum, yakni mempunyai hak hidup, hak memiliki, hak berketurunan, hak menganut keyakinan yang diyakini b. Mukallaf, diberi kehormatan untuk mengemban taklif atau penugasan Allah yang mencakup: 1. Pengenalan yang benar dan pengabdian yang tulus kepada Allah 2. Pemeliharaan dan pengembangan dirinya dalam perilaku dan perangai yang luhur. 3. Memelihara hubungan yang baik, yang damai, dan rukun dengan lingkungannya (sosial dan natural). 3. Masalah Harta Benda Harta benda (maal) yang merupakan perlambang kehidupan (zinatul hayati dunya/ AQ. Al kahfi : 46) tidak dibenci dan hasrat untuk memilikinya tidak dimatikan atau dibekukan. Akan tetapi ia hanya dijinakkan dengan ajaran "qona'ah" dan dengan cara cinta kepada sesama dan kemasyarakatan yaitu ajaran "infaq" (pengeluaran/pemanfaatan) harta benda bagi kemaslahatan diri dan masyarakat. Pada garis besar sebenarnya sudah jelas bahwa materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam secara kaffah tidak dipenggal-penggal atau sepotong-potong. Ajaran Islam telah tertuang dalam al-qur'an dan dijabarkan oleh Nabi SAW dalam al hadits, sedangkan pengembangannya kemudian akan mencakup seluruh kultur Islam yang murni yang bersumber dari kedua pokok ajaran Islam itu. ??????? ???????? ????????? ???? ?????????? ???? ????????????? ??????? ????? ?? ??????? ????????? ?????????? (???? ???? ) Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang teguh kepada keduanya, kamu tidak akan tersesat selamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Materi yang demikian luas dan lengkap itu sudah tentu memerlukan pemilihan-pemilihan dengan memperhatikan situasi dan kondisi kemasyarakatan yang ada serta menempuh bermacam-macam metode, pendekatan, misalnya pendekatan substansial, situasional dan kondisional, kontekstual, di samping itu karena pesan-pesan dakwahnya harus manusiawi yang diharapkan dapat membentuk pengalaman sehari-hari menurut tatanan agama. d. Wasilah (Media) Dakwah Unsur dakwah yang ke empat ini adalah wasilah (media) dakwah yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan dakwah (ajaran Islam) kepada mad'u. Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah. Dr. Hamzah Ya'qub membagi membagi wasilah dakwah menjadi lima macam yaitu lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlaq: 1. Lisan, inilah wasilah dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah atau suara, dengan wasilah ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah bimbingan, dsb. 2. Tulisan, buku, majalah, surat kabar, spanduk, dsb. 3. Lukisan, gambar, karikatur, dsb. 4. Audio visual, alat dakwah yan merangsang indera pendengaran atau penglihatan atau kedua-duanya, seperti radio, televisi, film, slide, OHP. 5. Akhlaq, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam dan dapat diamati serta dimengerti oleh mad'u. Pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah yang dapat merangsang indera-indera manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk menerima dakwah. Semakin tepat dan efektif wasilah yang dipakai semakin efektif pula upaya pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang menjadi sasaran dakwah. Jenis-jenis wasilah (media) dakwah 1. Spoken Words, yaitu media dakwah yang bentuk ucapan/bunyi yang dapat ditangkap dengan indera telinga seperti radio, televisi, telepon, dsb 2. Printed Writing, yaitu media dakwah yang berbentuk tulisan, gambar, lukisan, dsb, yang dapat ditangkap oleh indera mata. 3. The Audio Visual, yaitu media dakwah yang berbentuk gamba hidupyang dapat didengat sekaligus dilihat, seperti televise, film, video dsb. e. Thariqah (Metode) Dakwah Al qur'an al Karim telah meletakkkan dasar-dasar metode dakwah dalam sebuah ayat al qur'an yang berbunyi : ¦■ハ$# 4'n<ᅫ) @ヒᅫ6yル y7ᅫn/u' ᅬpyJ3ᅬt:$$ᅫ/ ᅬps¢ᅬ ̄qyJ9$#ur ᅬpuZ|ᄀpt:$# ( Og9ᅬノ"y_ur ᅮLᄅ9$$ᅫ/ }'ᅬd `|ᄀmr& Dalam ayat ini dasar-dasar metode dakwah adalah : hikmah, mau'idhah hasanah, dan diskusi dengan cara yang baik. Tafsir ayat dan analisis para mufassir: Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan tentang ayat ini bahwasanya Allah memerintahkan kepada rasulullah untuk menyeruh kepada manusia, mengajak mereka ke jalan yang benar dengan hikmah dan kebijaksanaan dan nasehat serta anjuran untuk berbuat baik, maka jika mereka membantahmu maka bantahlah mereka dengan cara yang baik pula. Dan sungguh Allah telah mengetahui siapa yang sesat dari jalannya dan Allah lebih mengetahui orang orang yang mendapat petunjuk. Quraish Shihab dalam tafsirnya Al-Misbah menjelaskan tentang ayat ini yaitu ada tiga metode dalam berdakwah yang telah diajarkan oleh Allah untuk menghadapi manusia yang beraneka ragam peringkat dan kecendrungannya. Mau'idhah hendaknya disampaikan dengan baik, sedangkan perintah berjidal disifati dengan kata ahsan, bukan sekedar yang baik. Keduanya berbeda dengan hikmah yang tidak disifati oleh satu sifatpun. Ini berarti mau'idhah ada yang baik dan ada pula yang tidak baik, sedangkan jidal ada tiga macam, yang baik, yang terbaik dan yang buruk. Dari kedua pendapat para mufassir penulis menyimpulkan bahwa ayat ini mengajak semua orang mukmin untuk berdakwah dengan lemah lembut dan tidak menggunakan kekerasan. penulis juga sepakat dengan pendapat ibnu katsir. Senada dengan apa yang dijelaskan oleh Hamka dalam tafsirnya al-azhar menerangkan bahwa ayat ini mengandung ajaran kepada Rasulullah tentang metode berdakwah kepada manusia agar mereka berjalan di atas jalan yang benar. Dan dalam berdakwah hendaklah menggunakan tiga macam cara. Menurut Imam as Syaukani hikmah adalah ucapan-ucapan yang tepat dan benar, atau menurut suatu penafsiran adalah argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. Sedangkan mau'idhah hasanah adalah ucapan yang berisi nasihat-nasihat yang baik dimana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya. Sedangkan diskusi dengan cara yang baik adalah berdiskusi dengan cara-cara yang paling baik dari cara-cara berdiskusi yang ada. Ada yang mengatakan bahwa metode dakwah itu hanya ada dua saja, yaitu Hikmah dan Mau'idhah Hasanah. Sedangkan metode diskusi dengan cara yang baik atau terbaik hanya diperlukan untuk menghadapi obyek dakwah yang bersikap kaku dan keras sehingga ia mungkin membantah dan mendebat dan lain sebagainya. Pendapat ini barangkali berangkat dari sebuah persepsi bahwa dakwah itu brsifat ofensif, karena ia berupa mengajak dan mengundang orang lain. Dan ini hanya relevan apabila pendekatan dakwah dilakukan dengan menggunakan metode hikmah dan mau'idhah hasanah. Sementara berdiskusi dengan cara yang baik adalah bersifat defensif. Sayyid Qutb menjelaskan, bahwa dakwah dengan metode hikmah akan terwujud apabila tiga faktor di bawah ini diperhatikan: 1. Keadaan dan situasi orang-orang yang didakwahi (obyek dakwah). 2. Kadar atau ukuran materi dakwah yang disampaikan agar mereka tidak merasa keberatan dengan beban materi tersebut. Misalnya karena mereka belum siap menerima materi tersebut. 3. Metode penyampaian materi dakwah, dengan membuat variasi sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu. Sedangkan mau'idhah hasanah perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Tutur kata yang lembut sehingga hal itu akan terkesan di hati 2. Menghindari sikap tegar dan kasar. 3. Tidak menyebut-nyebut kasalahan yang dilakukan oleh orang yang didakwahi, karena boleh jadi hal itu dilakukan atas dasar ketidaktahuan atau dengan niat yang baik. Sementara dalam metode diskusi dengan cara yang baik, perlu diperhatikan hal-hal berikut : 1. Tidak merendahkan pihak lawan, apalagi menjelek-jelekkan, sehingga ia merasa yakin bahwa tujuan diskusi itu bukanlah untuk mencari kemenangan melainkan menundukkan agar ia sampai kepada kebenaran. 2. Tujuan diskusi hanya semata-mata menunjukkan kebenaran sesuai dengan ajaran Allah bukan yang lain. 3. Tetap menghormati pihak lawan, sebab jiwa manusia memiliki harga diri. Ia tidak boleh merasa kalah dalam berdiskusi, karenanya harus diupayakan agar ia tetap merasa dihargai dan dihormati. Dr. Syeikh yusuf Al Qardhawi menuturkan, bahwa dalam diskusi ada dua metode yaitu metode yang baik (hasan) dan metode yang lebih baik (ahsan). Al Qur'an menggariskan bahwa dalam salah satu pendekatan dakwah adalah dengan menggunakan metode diskusi yang lebih baik (ahsan). Diskusi dengan metode ahsan ini adalah dengan menyebutkan segi-segi persamaan antara pihak-pihak yang berdiskusi, kemudian dari situ dibahas masalah-masalah perbedaan kedua bela pihak sehingga diharapkan mereka akan mencapai segi-segi persamaan pula. f. Atsar (Efek) Dakwah Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan timbul reaksi. Artinya jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da'i dengan meteri dakwah, washilah dan thariqah tertentu maka akan timbul respons dan efek (atsar) pada Mad'u (penerima dakwah). Atsar (efek) sering disebut juga dengan feed back (umpan balik) dari peoses dakwah ini sering dilupakan atau tidak menjadi perhatian para da'i. kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. Padahal atsar sangat besar artinya dalam penetuan langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang sanga merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang lagi. Sebaliknya, dengan menganalisis atsar secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya (corrective action) Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa efek kognitif terjadi bila da perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak yang meliputi apa yang berhubungan dengan emosi, sikap serta nilai. Sedangkan efek behaviora merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku. a. Efek kognitif Setelah menerima pesan/maddah dakwah, mitra dakwah akan menyerap isi pesan tersebut melalui proses berfikir, dan efek kognitif bisa terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, difahami, dan dimengerti oleh mad'u tentang isi pesan yang diterimanya. Berfikir disini menunjukkan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang sebagai pengganti obyek dan peristiwa sedangkan kegunaan berfikir adalah untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (Decision Making), memecahkan masalah (Problem Solving), dan menghasilkan yang baru. (Jalaluddin Rahmat, 1985 : 86). b. Efek Afektif Efek ini adalah pengaruh dakwah berupa perubahan sikap komunikan (mitra dakwah), setelah menerima pesan. Sikap adalah sama dengan proses belajar dengan tiga variable sebagai penunjangnya, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan. (Mar'at: 1984 13). Pada tahap atau aspek ini pula penerima dakwah dengan pengertian dan pemikirannya terhadap pesan dakwah yang telah diterimanya akan membuat keputusan untuk menerima atau menolak pesan dakwah. c. Efek Behavioral Efek ini merupakan suatu bentuk efek dakwah yang berkenaan dengan pola tingkah laku mitra dakwah dalam merealisasikan materi dakwah, yang telah diterima dalam kehidupan sehari-hari. Efek ini muncul setelah melalui proses kognitif dan afektif sebagaimana diungkapkan oleh Rahmat Natawijaya, 1978 : 9 bahwa : Tingkah laku itu dipengaruhi oleh kognitif (yaitu factor-faktor yang dipahami oleh individu melalui pengamatan dan tanggapan), afektif (yaitu yang dirasakan oleh individu melalui pengamatan dan tanggapan), dan dari perasaan itu timbullah keinginan-keinginan dalam individu yang bersangkutan. Dari pendapat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa seorang akan bertindak atau bertingkah laku setelah orang itu mengerti dan memahami apa yang telah diketahui itu kemudian masuk ke dalam perasaannya dan kemudian timbullah keinginan untuk bertindak atau bertingkah laku. Apabila orang itu bersikap positif maka ia cenderung untuk berbuat baik, dan apabila ia bersikap negatif, maka ia akan cenderung untuk berbuat yang tidak baik. 4. Sistem Dakwah Sebelum membicarakan sistem dakwah, dahulu dijelaskan pengertian sistem. Dr. Nasaruddin memberikan definisi sistem sebagai berikut: Sistem menurut ahli logat adalah suatu kelompok unsur-unsur yang saling berhubungan membentuk suatu kesatuan kolektif. (a group of interrelated element forming a collective entity). Maksudnya ialah suatu rangkaian kegiatan yang sambung bersambung saling berkaitan menjelmakan urutan yang logis dan tetap terikat pada ikatan hubungan antar kegiatan masing-masing dalam rangkaiannya secara menyeluruh.(Nasaruddin Razak, 1976: 52). Dari pengertian sistem di atas, sekarang kita kaitkan dengan sistem Islam dan sistem dakwah. Islam adalah ajaran yang bersumber dari wahyu Ilahi yang antara isi-isi wahyu itu sangat terkait satu dengan yang lainnya. Demikian juga hadits sebagai sumber kedua dalam Islam. Kalau kita membagi isi pokok ajaran Islam menjadi keimanan, Syari'ah, mu'amalah, maka ketiga-tiganya merupakan satu kesatuan yang utuh. Maka aspek-aspek Islam tentang dakwah Islam juga tidak bisa kita lepaskan dari Islam secara keseluruhan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Islam adalah supra sistem dari dakwah. Ini merupakan bahwa Islam merupakan sistem yang kompleks atau lebih luas yang di dalamnya terdapat komponen dakwah sebagai suatu sistem. Secara makro, dakwah juga dipandang sebagai sistem dari supra sitem yang berupa sosio kultural dalam arti yang luas. Sistem dakwah terbentuk dari beberapa sub sistem yang merupakan komponen-komponen yang lebih kecil dan merupakan bagian dari sistem dakwah. Beberapa sub sistem yang merupakan komponen dakwah tersebut tidak lain adalah unsur-unsur dakwah itu sendiri, seperti yang telah dibahas di atas. Keseluruhan dari sub sistem ini merupakan satu kesatuan yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Bila satu sub sistem saja terlepas atau diabaikan dari keseluruhan sistem dakwah maka target pencapaian cita-cita dakwah menjadi terganggu. Dalam sistem dakwah selalu terdapat input dan output, dan proses. Ketiganya harus saling terkait dan sambung bersambung secara terus menerus sehingga merupakan proses yang tidak berhenti pada satu titik. Drs. Nasaruddin Razak mangatakan: Suatu sistem dakwah hendaklah jelas dan menjadi input dan yang akan menjadi output. Dan antara keduanya terjadi suatu proses tertentu. Maka skema kasar suatu sistem dakwah adalah sebagai berikut: Input : adalah da'i sebagai sumber informasi atau sebagai komunikator Output : adalah cita-cita dakwah yang merupakan cita-cita jangka pendek dan cita-cita jangka panjang. Proses : adalah pelaksanaan dakwah. Feedback : adalah umpan balik dari mitra dakwah setelah proses dakwah yang kemudian diikuti proses evaluasi secara cermat dan tindakan korektif. Untuk selanjutnya berproses secara menyeluruh tapi saling berkaitan dan sambung bersambung dan akhirnya pada garis final yang merupakan cita-cita dakwah (output). B. Kajian Strategi Dakwah Tokoh Agama 1. Pengertian Strategi Dakwah. Strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini: a. Strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan dakwah) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan. Dengan demikian strategi merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan. b. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Maksudnya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya. Tujuan dakwah dapat dibagi dua menjadi dua macam, yaitu tujuan utama (umum) dan tujuan khusus (perantara). Tujuan utama merupakan garis pokok yang menjadi arah semua kegiatan dakwah, yaitu perubahan sikap dan perilaku mitra dakwah sesuai dengan ajaran Islam. Tujuan umum ini tidak bisa dicapai sekaligus karena mengubah sikap dan perilaku seseorang bukan pekerjaan sederhana. Oleh karena itu perlu tahap-tahap pencapaian. Tujuan pada setiap tahap itulah yang disebut tujuan perantara. Mitra dakwah yang telah memahami pesan dakwah tidak selalu diikuti dengan pengamalannya. Dari aspek kognitif menuju psikomotorik sering kali melalui liku-liku kehidupan dan waktu yang panjang. Suatu contoh, seseorang membaca buku tentang shalat. Ia paham tentang kewajiban itu, akan tetapi ia tidak melakukan shalat sama sekali. Dua tahun kemudian, ia terkena diabet dan harus diamputasi. Pada saat itulah ia membuka buku yang telah ia baca sebelumnya untuk belajar shalat dan melakukannya. Karenanya, tujuan yang menjadi ukuran adalah tujuan khusus. Tujuan khusus harus realistis, kongkret, jelas, dan bisa diukur. Selain itu tujuan khusus juga mempunyai beberapa tahapan. Tujuan utama dakwah itulah yang dijadikan dasar penyusunan strategi dakwah dengan memperhatikan masing-masing tujuan khususnya. Dalam kegiatan komunikasi, Effendi mengartikan strategi sebagai perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Ia tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang harus ditempuh tetapi juga berisi taktik operasionalnya. Al Bayanuni mendefiniskan strategi dakwah (manahij al-da'wah) sebagai berikut: ??? ?????? ?????????????? ??? "Ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah" 2. Macam-Macam Strategi Dakwah Selain membuat strategi dia juga membagi strategi dakwah dalam tiga bentuk/macam (Al Bayanuni, 1993: 204-219), yaitu: 1. Strategi sentimental (al manhaj al 'athifi) 2. Strategi Rasional (al manhaj al-'aqli) 3. Strategi Indriawi (al manhaj al-bissi) Strategi Sentimental (al manhaj al 'athifi) adalah dakwah yang memfokuskan hati dan menggerakkan perasaan dan batin mitra dakwah. Memberi mitra dakwah pesan yang mengesankan, memanggil dengan kelembutan, atau memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan beberapa metode yang dikembangkan dalam strategi ini. Metode dakwah ini sesuai untuk mitra dakwah yang terpinggirkan (marginal) dan dianggap lemah, seperti kaum perempuan, anak-anak, orang ang masih awam, para muallaf (imannya lemah), orang-orang miskin, anak-anak yatim, dan sebagainya. Strategi sentimental ini diterapkan Nabi SAW. Saat menghadapi kaum musyrik Mekkah. Tidak sedikit ayat-ayat Makkiyah (ayat yang diturunkan ketika Nabi di Mekkah atau sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah) yang menekankan aspek kemanusiaan (humanisme), semacam kebersamaan, perhatian kepada fakir miskin, kasih sayang kepada anak yatim, dan sebagainya. Ternyata pada masa awal umumnya berasal dari golongan kaum lemah. Dengan strategi ini kaum lemah merasa dihargai dan kaum mulia merasa dihormati. Strategi Rasional (al manhaj al-'aqli) adalah dakwah dengan beberapa metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini mendorong mitra dakwah untuk berfikir, merenungkan, dan mengambil pelajaran penggunaan hukum logika, diskusi, atau penampilan. Contoh dan bukti sejarah merupakan beberapa metode dari strategi rasional. Al qur'an mendorong penggunaan strategi rasional dengan beberapa terminologi antara lain: tafakkur, tadzakkur, tazhar, taammul, I'tibar, tadabbur, dan istibshar. Tafaakkur adalah menggunakan pemikiran untuk mencapainya, memikirkannya. Tadzakkur merupakan menghadirkan ilmu yang harus dipelihara setelah dilupakan; tazhar merupakan mengarahkan hati untuk berkonsentrasi pada obyek yang sedang diperhatikan; taammul berarti mengulang-ngulang pemikiran hingga menemukan kebenaran dalam hatinya; I'tibar bermakna perpindahan dari pemikiran yang sedang dipikirkan menuju pengetahuan yang lain; tadabbur adalah suatu usaha untuk memikirkan akibat-akibat setiap masalah; istibshar adalah mengungkapkan sesuatu atau menyingkapnya, serta memperlihatkannya kepada pandangan hati. (Muhammad Yusuf Qardhawi, 1998) Nabi menggunakan strategi ini untuk menghadapi argumentasi para pemuka Yahudi. Mereka terkenal dengan kecerdikannya. Saat ini kita menghadapi orang terpalajar atheis rasionalis. Selain itu kita juga menghadapi aliran-aliran sempalan yang berbeda secara mendasar dengan ajaran Islam. Mereka mengklaim memiliki Nabi baru, penjelmaan Tuhan, mengetahui kepastian hari kiamat dan sebagainya. Kepada mereka strategi rasional adalah strategi yang paling tepat. Strategi Indriawi (al manhaj al-hissi) juga dapat dinamakan dengan strategi eksperimen atau strategi ilmiah. Ia didefinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada panca indra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan. Di antara metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah praktik keagamaan, keteladanan, pentas drama. Dahulu Nabi SAW mempraktikkan Islam sebagai perwujudan strategi indriawi yang disaksikan oleh para sahabat. Para sahabat menyaksikan mukzijat Nabi secara langsung, seperti terbelahnya rembulan, bahkan menyaksikan malaikat jibril dalam bentuk manusia. Sekarang kita menggunakan al-qur'an untuk memperkuat atau menolak hasil penelitian ilmiah. Pakar tafsir menyebutnya dengan Tafsir Ilmi'. Adnan Oktar, penulis produktif dari Turki yang memakai nama pena Harun Yahya, menggunakan strategi ini dalam menyampaikan dakwahnya. Penentuan strategi dakwah juga bisa berdasar surat al Baqarah ayat 129 dan 151, ali Imran ayat 164, al-jumu'ah ayat 2. Ketiga ayat ini memberikan pesan yang sama yaitu tentang tugas para Rasul sekaligus bisa dipahami sebagai strategi dakwah. $uZᆳ/u' ]y│/$#ur Nᅫgヒᅬ Zwqルu' N¥k]ᅬiB (#q│=Gtテ Nᅪkホn=t₩ y7ᅬG"tテ#u¦ OgJᅬk=y│ ̄テur |="tGᅤ39$# spyJ3ᅬt:$#ur Nᅪkホᅬj.t" ̄テur 4 y7ᄄRᅫ) |MRr& ¬"テᅪoy│9$# Oハᅤ3ys9$# ᅦᅧᅨᅭ Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.(QS. Al-baqarah:129) !$yJx. $uZ=yル'r& N¢6ヒᅬ Zwqルu' N¢6ZᅬiB (#q│=Gtテ N¦3ヒn=t₩ $oYᅬG"tテ#u¦ N¢6ハᅬj.t" ̄テur  ̄N¢6Jᅬk=y│ ̄テur |="tGᅤ39$# spyJ6ᅬt:$#ur N¦3Jᅬk=y│ ̄テur $ᄄB Ns9 (#qRq¦3s? tbqJn=│s? ᅦᅧᅫᅧ Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS.Al-baqarah:151) ノs)s9 ᆪ`tB ᆰ!$# 'n?t ̄ tᅬZᅬBsJ9$# フᅫ) y]y│t/ Nᅪkホᅬ Zwqルu' `ᅬiB Mᅫgᅤᄀ¢Rr& (#q│=Gtテ Nᅪkホn=t₩ 회mᅬG"tテ#u¦ Nᅪkホᅤe2t" ̄テur  ̄NgJᅬk=y│ ̄テur |="tGᅤ39$# spyJ6ᅬt:$#ur bᅫ)ur (#qR%x. `ᅬB  ̄@6s% 'ᅤ"s9 9@"n=|ᅧ Aᅫ7oB ᅦᅧᅬᅪ Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.(QS. Ali Imran: 164) Ayat tersebut mengisyaratkan tiga strategi dakwah, yaitu strategi Tilawah (membacakan ayat-ayat Allah SWT), Strategi Tazkiyah (menyucikan jiwa), Strategi Ta'lim (mengajarkan Al-qur'an dan al-Hikmah ). Strategi Tilawah. Dengan strategi ini mitra dakwah diminta mendengarkan penjelasan pendakwah atau mitra dakwah membaca sendiri pesan yang ditulis oleh pendakwah. Dengan demikian ini merupakan transfer pesan dakwah dengan lisan dan tulisan. Strategi tilawah bergerak lebih banyak pada rana kognitif (pemikiran) yang transformasinya melewati indra pendengaran (al-sam') indra penglihatan (al abshar) serta ditambah akal yang sehat (al-af'idah). Dengan demikian yang dapat dipahami dalam surat Al Mulk : 23 @│% uq│d "ᅬ%ᄅ!$# /¦.r'tᄆSr& ゚@y│y_ur ¬/¦3s9 y↓Jᄀᄀ9$# tヘ"|/F{$#ur noyノᅬ"F{$#ur ( Wxヒᅫ=s% $ᄄB tbr ̄ヘ¦3ᄆn@ Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur.(QS. Al-Mulk: 23) Strategi Tazkiyah (menyucikan jiwa). Jika strategi tilawah melalui indra pendengaran, dan indra penglihatan maka strategi tazkiyah melalui aspek kejiwaan. Salah satu dari misi dakwah adalah menyucikan jiwa manusia. Kekotoran jiwa dapat menimbulkan berbagai masalah baik individu maupun sosial, bahkan dapat menimbulkan berbagai penyakit, baik penyakit hati maupun badan. Sasaran strategi ini bukan pada jiwa yang bersih, tetapi jiwa yang kotor. Tanda jiwa yang kotor dapat dilihat dari gejala jiwa yang stabil, keimanan yang tidak istiqomah seperti akhlak tercelah lainnya seperti serakah, sombong, kikir dan sebagainya. 3. Strategi Dakwah Tokoh Agama Dalam melangsungkan aktivitas atau profesinya, seorang da'i berhadapan atau bahkan ditentukan kualitas atau mutunya oleh lingkungan atau masyarakat. pencitraan oleh masyarakat terhadap perilaku da'i yang dianggap kurang bermoral tidaklah dipandang kecil. Misalnya: hanya lantaran persepsi masyarakat meyakini bahwa da'i tertentu sudah terlalu jauh masuk gelanggang politik maka sebagian pengikut atau partisipannya tidak mau mengikutinya. Kedudukan keluarga bagi seorang da'i adalah sesuatu yang tidak bisa dianggap sepele di mata masyarakat. Pandangan itu bisa jadi memiliki cara pandang yang berbeda antara mayarakat memandang da'i yang sudah berkeluarga dengan da'i yang belum berkeluarga, dan lebih berpengaruh lagi adalah hal-ihwal keharmonisan, ketentraman dari keluarga da'i. Secara ideal, seorang da'i yang sukses adalah da'i yang sukses dalam tugas dakwahnya dan sekaligus dia sukses dalam membangun rumah tangganya. Dalam Al qur'an Surat Al fathir ayat 24 Allah memberikan ketegasan: !$ᆵRᅫ) y7"oY=yル'r& d,pt:$$ᅫ/ #Zホヘᅬᄆo0 #\ヘテヒtRur 4 bᅫ)ur `ᅬiB >pᄄB←& ゙wᅫ) ゚xyz $pkホᅬ ᅱヘテヒtR ᅦᅨᅪ
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran (agama tauhid dan hukum-hukumnya) sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.(QS. Al Fathir: 24)
Dari ayat ini telah dijelaskan bahwasanya kepada setiap umat, kepada setiap bangsa, Allah mengirimkan utusan-Nya. Pada ayat yang terlebih dahulu disebutkan adalah ialah Basyir, sesudah itu barulah Nadzir.
Basyir adalah pemberi kabar yang mengembirakan hati. Dengan basyir itu diberilah harapan bagi manusia bila mereka menuruti dan mematuhi apa yang disampaikan oleh Rasul sebagai wahyu dari Allah. Jalan yang utama lebih dahulu ialah berita yang menggembirakan, yang menyenangkan dan yang menarik hati. Disini pun kita telah diajarkan sistem yang mesti ditempuh dalam melakukan dakwah. Berikanlah terlebih dahulu berita yang menggembirakan, sampai orang itu tertarik. Di antaranya sebagai kenyataan terhadap orang-orang yang baru memeluk Islam, yang setelah dia menjadi muslim putus hubungannya dengan keluarga. Hendaklah dengan masuknya ke dalam Islam itu dia tidak merasa canggung, jatuhnya ada yang menyambut, hatinya dibuat gembira, disebut Muallafatu Qulubuhum, artinya yang ditarik hatinya.
Itulah pula yang diperintahkan oleh Nabi SAW kepada sahabat-sahabatnya yang akan bertugas mengadakan dakwah ke negeri Yaman. Kepada Ali bin Abi Thalib dan Muaz Bin Jabal beliau peringatkan:
????????????????????????,??????????????????????????
"Mudahkanlah, jangan dipersukar. Gembirakan jangan dibencikan hatinya"
Inilah kerap kali dilupakan ketika menjadi da'i. Apabila orang datang menanyakan sesuatu soal agama. Dia memberikan jawaban yang sukar. Kalau demikian bukan mempermudah malah akan mempersulit orang yang hendak masuk Islam. Padahal dalam al qur'an dan menurut keterangan dari Nabi SAW agama itu mudah, bukan sukar!
Timbulnya sikap mempersukar agama itu ialah bilamana ulama-ulama Islam telah meniru sikap pendeta Nasrani, yaitu memandang bahwa agama itu mereka yang punya dan mereka yang berkuasa, yang berhak memahamkan agama ialah mereka. Sebab yang kedua ialah karena tidak mengetahui ilmu jiwa psikologi dan ilmu masyarakat (Sosiologi).
Sesudah itu di ujung ayat yang telah kita salinkan di atas tadi, Allah menjelaskan tidak ada satu umat pun di dunia ini, melainkan sudah ada yang datang kepada mereka nadzir. Ahli tafsir telah menjelaskan bahwasanya yang dimaksud dengan nadzir di sini ialah Rasul yang menyampaikan seruan, menyampaikan dakwah kepada ummat.
Ujung ayat ini sudah boleh kita bawa ke dalam ilmu masyarakat manusia. Yaitu di mana saja timbul masyarakat mestilah timbullah orang-orang yang penting dan utama, yang akan memimpin masyarakat banyak itu kepada jalan yang lebih baik.
Secara sederhana kompetensi professional dipahami sebagai piawai dalam melakukan praktek dakwah antara lain piawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan keahliannya dalam dakwah.
a. Piawai dalam menggunakan metode dakwah, metode ini tentu sesuai dengan kondisi medan atau obyek dakwah. Misalnya dalam tabligh, jika obyeknya anak-anak metode cerita (qishah) sedangkan objeknya kalangan akademis maka dialog merupakan metode paling tepat.
b. Piawai dalam menyusun materi dakwah
Sebelum dakwah dilangsungkan, termasuk pada ciri professional jika seorang da'i terlebih dahulu membuat konsep dan menyusun materi dakwah yang akan dilaksanakan. Konsep mengacu pada pebuatan materi dakwah antara lain: merujuk pada al-qur'an dan al hadits, ungkapan-ungkapan bijak, kisah-kisah teladan, dll.
4. Dakwah Tokoh Agama Pada Masyarakat Pedesaan
a. Makna dan Karakteristik Masyarakat Desa
Di Indonesia hampir sebagian besar umat Islam tinggal di wilayah pedesaan. Jika dilihat dari aspek social budaya, desa tampak dari hubungan social antar penduduknya yang bersifat khas, yakni hubungan kekeluargaan, bersifat pribadi, tidak banyak pilihan, dan tidak ada pengkotaan atau dengan kata lain bersifat homogen dan gotong royong.
Tipologi desa dari masyarakat desa ini akan secara mudah diketahui kalau dihubungkan dengan kegiatan pokok apa yang diketahui guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yang perlu diingat tipologi desa dalam kenyataannya bisa berkombinasi satu sama lain. Maksudnya bisa terjadi satu desa di samping anggota masyarakatnya memiliki satu mata pencaharian pokok yang dominan juga ada beberapa anggota masyarakat yang memiliki mata pencaharian di bidang lain yang menurut mereka merupakan mata pencaharian yang utama.
Para pakar sosiologi membuat karakter sejumlah masyarakat pedesaan antara lain adalah sebagai berikut ini.
1. Mayoritas berlatar belakang komunitas desa bermata pencaharian pertanian (termasuk peternakan) baik bertani atau bercocok tanam di sawah;
2. Karakteristik komunitas desa relatif sederhana, taat pada tradisi, dan agama
3. Masih meyakini adanya hal-hal yang tabu;
4. Tunduk pada orang yang dianggap tokoh/panutan;
5. Kehidupan warganya masih bersifat gotong royong dan masing-masing warganya saling mengenal;
6. Etos kerja dan pola kehidupan dalam pengaturan waktu yang kurang memperhatikan efisiensi;
7. Ketergantungan pada sumber daya alam masih sangat tinggi sesuai dengan hasil pengalamannya sehari-hari;
8. Adanya control social yang sangat kuat;
9. Tingkat mobilisasi masih sangat rendah dan statis.
Dalam kehidupan masyarakat desa dapat dilihat beberapa karakteristik sebagai berikut:
a. Mereka memiliki sifat homogen (dalam hal mata pencaharian nilai-nilai dalam kebudayaan serta dalam sikap dan tingkah laku)
b. Lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi.
c. Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada (misalnya keterikatan anggota masyarakat dengan tanah atau kelahirannya)
d. Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet daripada di kota, sejumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar/banyak.
Maftuh menjelaskan sejumlah karakter masyarakat pedesaan yang tradisional;
1. Cenderung meiliki sifat homogen.
2. Jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih banyak.
3. Memiliki pandangan yang sempit.
4. Adanya rasa enggan untuk menerima dan menciptakan ide-ide baru.
5. Memiliki aspirasi dan keinginan yang sangat rendah.
6. Memilki pandangan yang terbatas pada dunia luar.
7. Memiliki dera yang rendah.
8. Tidak mau tahu dengan dunia luar atau orang luar.
9. Memiliki sikap udik dan pedalaman.
b. Metode Dakwah Pada Masyarakat Desa
Dari prinsip-prinsip tersebut, dapat dirumuskan beberapa model metode pengembangan dakwah di masyarakat pedesaan, yaitu sebagai berikut.
1. Menggunakan pendekatan bahasa, struktur dan kultur yang relevan dengan masyarakat pedesaan (bilisani qaumihi) sederhana, dapat dipahami dan sesuai dengan kebutuhan.
2. Melalui pendekatan dan kerjasama dengan tokoh panutannya,
3. Menggunakan bahasa lisan yang komukatif dalam penjelasan sesuatu untuk terciptanya kondisioning pemahaman persepsi dan sikap.
4. Menggunakan metode pendekatan karya nyata (Amal) dengan memprioritaskan kebutuhan yang mendesak dan menyentuh kebutuhan real masyarakat sacara umum.
5. Melalui pemanfaatan sikap dan karakteristik yang positif yang dimiliki masyarakat pedesaan, yaitu ketaatan, gotong royong, dan kepedulian
6. Membantu dalam mencari solusi dari problem social, budaya, dan ekonomi yang sedang dihadapi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek penelitian.
Whitney mengutip beberapa definisi tentang pendidikan yang diturunkan di bawah ini.
Penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquiry) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
Penelitian adalah seutu metode mencari fakta menurut metode objektif yang tepat untuk menemukan hubungan antar fakta dan manghasilkan dalil dan hukum
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empiric atau sistematis faktual dan akurat mangenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungannya dengan fenomena yang diselidiki secara mendalam, rinci dan tuntas.
Menurut Keirl dan Miller dalam Meleong yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah "tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya".
Pertimbangan penulis menggunakan penelitian kualitatif ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Lexy Moleong:
1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apa bila berhadapan
dengan kenyataan
2. Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti
dan responden
B. Jenis Dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah tempat atau gudang penyimpanan yang orisinal dari data sejarah. Data peimer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi lansung tentang strategi dakwah tokoh agama di desa Geger Dusun Sukorejo, yaitu dengan cara wawancara dengan para tokoh agama khususnya di Dusun Sukorejo Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah catatan tentang adanya peristiwa, ataupun catatan-catatan yang jaraknya telah jauh dari sumber orisinil. Data sekunder juga merupakan data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, hasil survey, studi histories, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan tokoh agama desa Geger khususnya di Dusun Sukorejo Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung.
C. Obyek Penelitian
Obyek penelitian dalam penelitian dengan judul Strategi Dakwah Tokoh Agama Desa Geger Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung adalah di Dusun Sukorejo
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah tokoh agama yang berada di desa Geger Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung, yang melakukan dakwah di desa tersebut. Yaitu : Ust. Kandar, Ust. Jainuri, Ust. Samsuri.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
1. Wawancara,
Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu, dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan strategi dakwah tokoh agama desa Geger sedangkan wawancara ini dilakukan dengan para tokoh agama Dusun Sukorejo Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung yang berstatus sebagai pelaku dakwah (da'i).
2. Observasi
Observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu yang telah direncanakan secara sistematis yang berkaitan dengan tujuan penlitian. atau cara untuk menggali data-data dengan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini data yang dikumpulkan adalah tentang Strategi Dakwah Tokoh Agama Desa Geger Dusun Sukorejo Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung.
3. Dokumentasi,
Dokumentasi yaitu mencari data tentang hal-hal yang berupa laporan, transkip, buku notulen rapat dan lain-lain. Sehingga dalam hal ini mengungkap masalah atau hasil dari tokoh agama dalam partisipasinya pada aktivitas dakwah di desa Geger Dusun Sukorejo Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung yang telah tercatat.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk mendapat data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut:
a. Peneliti
Dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, manusia merupakan faktor utama dalam pengumpulan data, sehingga peneliti merupakan instrumen utama dalam penelitian ini.
b. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara merupakan instrumen pengumpulan data yang berisi sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada masyarakat : seperti tokoh-tokoh agama yang berada di desa Geger Dusun Sukorejo. Mereka inilah yang menuntun dan mengarahkan peneliti untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Yaitu Strategi Dakwah Tokoh Agama Desa Geger Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung.
c. Key Informan
Key informan adalah yang mengetahui secara detail tentang kondisi desa Geger Dusun Sukorejo Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Salah satu model analisa kemampuan organisasi yang cukup mudah diterapkan adalah Analisa SWOT (SWOT Analysis) dalam berdakwah.
Analisa SWOT adalah analisa kemampuan yang memperhatikan unsur kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan tantangan atau ancaman (threat) dalam melakukan Strategi dakwah tokoh agama di desa Geger Dusun Sukorejo Kecamtan Sendang Kabupaten Tulungagung.
Ada dua model pembuatan strategi berdasarkan analisa SWOT, yakni :
a. Model Kuadran SWOT
Model Kuadran SWOT akan menghasilkan alternatif strategi yang perlu dilakukan tokoh agama, yakni strategi ekspansi (pengembangan kegiatan) dakwah, strategi diversifikasi (pilih-pilih kegiatan), strategi konsolidasi (pemantapan kegiatan) atau strategi bertahan/bubar (mempertahankan/ membubarkan kegiatan ).
b. Model Matrik TOWS
Model Matrik TOWS menghasilkan empat strategi, yakni :
- Strategi SO (memakai kekuatan untuk memanfaatkan peluang)
- Strategi WO (menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang)
- Strategi ST (memakai kekuatan untuk mengindari ancaman)
- Strategi WT (memerkecil kelemahan dan menghindari ancaman)
Di samping itu, peneliti dalam menganalisa data menggunakan metode deskriptif, yaitu metode analisa data yang menggambarkan fonomena-fenomena, kondisi, keadaan dan sasaran penelitian secara apa adanya sejauhmana yang peneliti peroleh dari wawancara/interview, observasi, dan dokumentasi.
H. Teknik Keabsahan Data
Langkah terakhir untuk menjamin, validitas, reabilitas, dan keabsahan data, peneliti akan menggunakan teknik triagulasi, yaitu teknik keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk kepeluan pengecekan sebagai pembandiing terhadap data yang telah diperoleh.
BAB IV
SAJIAN DAN ANALISIS DATA
1. Gambaran Umum Desa Geger Dusun Sukorejo
Desa Geger merupakan salah satu desa paling barat dari 11 desa yang berada di wilayah kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. Batas wilayah desa Geger adalah :
" Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo.
" Di sebelah timur berbatasan dengan Desa Nglurup Kecamatan Sendang.
" Di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kedoyo Kecamatan Sendang.
" Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Gambiran Kecamatan Pagerwojo.
Desa Geger berada di lereng-lereng gunung Wilis dengan luas 1. 609,8 Ha yang dihuni sekitar 5.264 jiwa (laki-laki : 2197 dan perempuan : 2279 jiwa) yang terbagi menjadi 1387 kepala keluarga, 27 RT dan 10 RW serta 27 lingkungan. Orbitasi dari desa tersebut adalah jarak dari desa ke ibu kota kecamatan 5 km, dengan lama tempuh ᄆ ᄐ ja. Sedangkan untuk jarak dari desa ke kabupaten 30 km, dengan jarak tempuh ᄆ 1 jam.
Dengan suhu rata-rata harian 23ᄚ C dan ketinggian 600 - 1.25 mdl, dengan curah hujan berkisar 2.611 mm/th setiap enam bulan sekali, hal ini mempengaruhi tingkat kesuburan tanah desa tersebut sangat tinggi. Sehingga, cocok untuk tanaman padi, rumput gajah (sebagai pakan sapi perah), umbi-umbian dan sayursayuran. Desa ini juga memiliki hutan lindung seluas 688 Ha, yang merupakan aset yang sangat berharga milik daerah serta dipelihara oleh pemerintah daerah setempat.
Terdapat 5 (lima) dusun yang masuk wilayah desa Geger:
1. Dusun Tumpakpring.
2. Dusun Sukorejo.
3. Dusun Tambibendo.
4. Dusun Ngrejeng.
5. Dusun Turi.
Mayoritas penduduk desa Geger yang rata-rata pendatang mengandalkan lereng gunung untuk lahan pertanian, hal ini juga didukung dengan kapasitas air yang lebih dari cukup untuk menanam berbagai macam tanaman, termasuk padi dan palawija dengan sumber daya air 6 (enam) mata air dan 2 (dua) sungai. Namun, dalam kurun 4 - 5 tahun terakhir ini, para petani desa Geger memiliki profesi ganda, yaitu petani dengan sawah/ladang yang dialihkan fungsikan untuk menanam rumput sebagai pakan ternak. Profesi kedua adalah sebagai peternak, karena mayoritas atau hampir setiap kelompok keluarga adalah peternak sapi perah. Sehingga, penanaman padi hanya bias dilakukan satu tahun sekali pada saat musim hujan, sedangkan untuk musim yang tidak menentu, para petani juga mengandalkan tanaman palawija seperti ubi jalar/kayu, jagung, kentang, kubis, buncis wortel dan kacang-kacangan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2006 - 2007 ini jagung dan ubi bias menghasilkan 2,8 ton/Ha dengan kapasitas 26 Ha, dan ubi kayu dengan kapasitas 35 Ha, dapat menghasilkan 11 ton/Ha.
Peternak sapi perah merupakan penghasil dan penyumbang ekonomi warga terbesar yang sekaligus menjadi andalan warga desa Geger. Hal ini didukung dengan kondisi desa Geger yang selalu dingin dan cocok untuk peternakan sapi perah. Maka, bagi warga desa Geger, ternak sapi perah merupakan potensi yang sangat dominan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup yang lebih menjanjikan bagi merek. Dan terbukti, hasil rata-rata susu dari seluruh peternak yang ada di wilayah desa Geger ᄆ 4.500.000 liter/tahun. Bahkan, bisa dikatakan bahwa desa Geger merupakan desa penghasil susu terbesar di wilayah kabupaten Tulungagung.
Adapun kondisi riil Desa Geger adalah sebagai berikut :
A. Keadaan Geografis.
No Penggunaan Tanah Luas (ha)
1 Perumahan 67.495
2 Sawah
1. Sawah irigasi
2. Sawah Setengah Teknis 10
3. Sawah Tadah Hujan 48,66
4. Sawah Pasang Surut 83,36
3. Ladang Tegalan 368,69
4. Lain-lain
1. Rekreasi dan Olahraga 12,328
2. Pemakaman 6
B. Keadaan Penduduk
1. Komposisi Penduduk
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
No Uraian Keterangan
1 Laki-laki 2.197 Orang
2 Perempuan 2.279 Orang
3 Kepala Keluarga 1.387 Orang
Jumlah penduduk berdasarkan usia.
No Kelompok umur Jumlah Peduduk Ket
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0 - 4 Tahun 267
2 5 - 9 Tahun 281
3 10 - 11 Tahun 553
4 15 - 19 Tahun 470
5 20 - 24 Tahun 39
6 25 - 29 Tahun 372
7 30 - 34 Tahun 464
8 35 - 39 Tahun 503
9 40 - 44 Tahun 492
10 45 - 49 Tahun 63
11 50 - 55 Tahun 140
12 56 Tahun ke atas 96
J U M L A H 5246
2. Tingkat Pendidikan Penduduk
No Uraian Jumlah
1 Belum Sekolah 200 Orang
2 Tidak Tamat SD/Sederajat 259 Orang
3 Tamat SD/Sederajat 631 Orang
4 Tamat SLTP/Sederajat 456 Orang
5 Tamat SLTA/Sederajat 110 Orang
6 Tamat Akademi/Sederajat 20 Orang
7 Tamat Perguruan Tinggi 3 Orang
8 Tamat Pasca Sarjana -
3. Mata Pencaharian.
No Uraian Jumlah
1 Petani dan Pemilik Ternak 879 Orang
2 Petani Penggarap 500 Orang
3 Buruh Tani 200 Orang
4 Peternak 40 Orang
5 Perindustrian Kerajinan 40 Orang
6 Bidang Jasa 50 Orang
7 Perdagangan 74 Orang
8 Pegawai Negeri/ABRI 41 Orang
9 Lain-lain 40 Orang
Sumber Data: Sekretariat Balai Desa Geger Kecamatan Sendang
C. Tat2.22a
STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLAAN DAKWAH
DESA GEGER KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG
BADAN PENGURUS HARIAN (BPH) 2011-2012
DESA GEGER KECAMATAN SENDANG KEBUPATEN TULUNGAGUNG
DEWAN SYURIAH
Ketua : Ahmad Jainuri
Wakil : Imam Suhadi
DEWAN TANFIDHIYAH
Ketua : Ust. Muhammad Tarji
Sekretaris : Munarso
Wakil : Suwarno
Bendahara : Marjini (Kritik)
Muslimat
Ketua : Muhtamah
Wakil : Ibu Timur (Putrosumo)
Sekretaris : Irna (Penampihan)
Bendahara : Suparti (Baraan)
Fatayat
Ketua : Ibu Giyatik
Wakil : Jaerah (Dusun Tumpakpring)
Sekretaris : Nur Ana dan Wijiyati (Gebyok dan Tambi Bendo )
Bendahara : Inayah Nur Rofiq (Jabung)
Rina Yulia (Tawang)
IPPNU
Ketua : Nurul Lailatul Aliyah
IPNU
Ketua : M. Syarief
2. Strategi Dakwah Tokoh Agama Pada Masyarakat Desa Geger
a. Memasuki Rumah Yang Penghuninya Belum Mengenal Islam
b. Menjadikan Masjid Sebagai Pusat Kegiatan Keislaman
c. Pengembangan Metode Dakwah Fardhiyah.
d. Penerapan Dakwah Kultural
e. Berusaha Masuk Dalam Rapat-Rapat Lingkungan
a. Memasuki rumah yang penghuninya belum mengenal Islam
Kegiatan dakwah ini dilakukan dengan penuh kesabaran dengan adanya satu tujuan yaitu agar masyarakat memahami Islam.
Dakwah pada hakikatnya adalah upaya untuk menumbuhkan kecenderunga dan ketertarikan pada apa yang selalu kita serukan, yakni Islam. Oleh karena itu dakwah tidak hanya terbatas pada aktivitas lisan semata, tetapi mencakup seluruh aktivitas, baik lisan atau perbuatan yang ditujukan dalam rangka menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada Islam.
Allah berfirman dalam QS. Fushilat (41) : 33
`tBur `|ᄀmr& Zwqs% `ᆪJᅬiB !%t₩yハ 'n<ᅫ) "!$# ゚@ᅬJt ̄ur $[sᅫ="|ᄍ tA$s%ur ᅮᅪ_ᆵRᅫ) z`ᅬB tᅬJᅫ=ᄀJ9$# ᅦᅩᅩ
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Menyerukan manusia ke jalan Allah SWT, merupakan ibadah yang bisa mengantarkan pelakunya dekat dengan Tuhannya. Dengan adanya dakwah yang dimulai dari rumah ke rumah kedudukannya di hadapan Allah sangat tinggi karena Allah akan mengangkat kedudukannya di dunia maupun akhirat.
b. Menjadikan Masjid Sebagai Pusat Kegiatan Keislaman
Masjid merupakan merupakan tempat yang bukan hanya dijadikan sebagai tempat sholat, melainkan juga sebagai tempat pembinaan masyarakat sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulllah SAW dalam membina umat. Kata Ust. Iskandar.
Masjid yang ada jamaahnya pun tidak terlepas dari berbagai masalah. Salah satu persoalan yang sering dilupakan adalah masalah pembinaan. Bisa jadi sebuah masjid rutin mengadakan pengajian, bahkan dengan mendatangkan ustadz-ustadz kondang. Akan tetapi, pengajian yang diselengggarakan seolah hanya untuk mengisi aktivitas belaka agar masjidnya dikatakan hidup.
Sayangnya mereka tidak berfikir masalah pembinaan. Contoh sederhana yang sering terjadi Pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu ketika pengajian diadakan banyak dari mereka yang meluangkan waktu untuk mendatanginya. Namun saat adzan berkumandan di masjid, seringkali hanya satu dua orang yang bersegera mendatanginya. Tidak ada arahan dan pembinaan tentang pentingnya shalat berjamaah.
Tidak ada perhatian bagi orang yang aktif mendatangi pengajian, sedangkan mereka masih saja enggan melaksanakan shalat berjamaah. Olehnya itu sebagai tokoh agama pembinaan para jamaah dalam segala aspek yang berkaitang dengan keagamaan sangatlah diperlukan. Sebab kebiasaan masjid-masjid yang mengadakan pengajian dengan mendatangkan ustadz dari luar daerah, mereka beranggapan dengan mendatangkan pembicara yang terkenal dari luar daerah, maka akan mendatangkan masa yang banyak. Baik memang, akan tetapi dipikirkan juga follow up (kelanjutan) dari pengajian tersebut. Pembicara dari luar hanya mengisi bila dia dipanggil, dan itupun belum tentu sebulan sekali. Artinya selain adanya kajian yang mendatangkan ustadz, juga diperlukan kajian rutin sebagai sarana pembinaan ruhiyah jamaah. Dengan demikian masjid tidak hanya sebagai tempat shalat saja tapi juga sebagai pusat kamajuan umat.
c. Pengembangan Metode Dakwah Fardhiyah.
Untuk menjawab tantangan dunia/masyarakat, maka perlu dikembangkan metode dakwah fardhiyah, yaitu metode dakwah yang menjadikan pribadi dan keluarga sebagai sendi utama dalam aktivitas dakwah. Dalam usaha membentuk masyarakat yang dicirikan oleh Islam harus berawal dari pembinaan pribadi dan keluarga yang Islami, sebab lingkungan keluarga merupakan elemen sosial yang amat strategis dan memberi corak paling dominan bagi pengembangan masyarakat secara luas.
Pembinaan pribadi dan keluarga yang Islami ini dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu: pertama, peningkatan fungsi orang tua (ibu dan bapak) sebagai tauladan dalam rumah tangga; kedua, perlunya dibentuk lembaga Konsultan Keluarga Sakinah (KKS) dan Klinik Rohani Islam (KRI) dalam setiap komunitas Muslim. Untuk pelaksanaan KKS dan KRI ini diperlukan tenaga penyuluh dan counselor Islam yang handal baik secara teoritis maupun secara praktis.
Pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual yaitu: antara da'i dan mad'u langsung beratap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan reaksi yang ditimbulkan mad'u. sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Cara inilah yang dilakukan oleh tokoh agama dalam mendakwahkan Islam, dengan begitu sabar menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat dari individu ke individu yang lain, walaupun kita ketahui masyarakat saat ini adalah mayoritas Islam tetapi tidak semua memahami Islam secara benar. Beliau sangat memanfaatkan waktunya dengan baik. Kata ust Iskandar.
Sampai sholat idhpun disiasati dengan menghubungi setiap individu bahwasanya sholat akan dilaksanakan di lingkungan kita dengan memberitahu siapa saja yang beliau kenal bahkan luar masyarakat desa Gegerpun diundang, dengan begitu maka orang yang tidak pernah sholat dan yang pernah akan datang untuk sholat berjamaah disitulah kesempatan kita untuk menyampaikan dakwah,walaupun hanya pada waktu itu saja dakwah bisa disampaikan tapi setidaknya ada motivasi yang bisa mendorong mereka untuk bisa memahami Islam. Bahkan sampai mengaqiqoh anaknya beliau mengundang masyarakat setempat, dengan mendatangkan penceramah dari luar sebab yang hadir bukan saja orang yang sering sholat, orang yang tidak pernah sholatpun datang, materipun disesuaikan dengan mad'unya. Sehingga yang tidak pernah sholat bisa sholat dan yang pernah sholat bisa lebih giat lagi melaksanakan sholat.
d. Penerapan Dakwah Kultural
Dakwah kultural adalah dakwah Islam dengan pendekatan kultural, yaitu:
Pertama, dakwah yang bersifat akomodatif (penyesuaian diri) terhadap nilai budaya tertentu secara inovatif dan kreatif tanpa menghilangkan aspek substansial ( isi pokok) keagamaan; Kedua, menekankan pentingnya kearifan dalam memahami kebudayaan komunitas tertentu sebagai sasaran dakwah. Jadi, dakwah kultural adalah dakwah yang bersifat buttom-up dengan melakukan pemberdayaan kehidupan beragama berdasarkan nilai-nilai spesifik/ menurut jenisnya yang dimiliki oleh sasaran dakwah. Lawan dari dakwah kultural adalah dakwan struktural, yaitu dakwah yang menjadikan kekuasaan, birokrasi, kekuatan politik sebagai alat untuk memperjuangkan Islam. Karenanya dakwah struktural lebih bersifat top-down.
Secara sunnatullah, setiap komunitas manusia, etnis, dan daerah memiliki kekhasan dalam budaya. Masing-masing memiliki corak tersendiri dan menjadi kebanggaan komunitas bersangkutan. Dalam melakukan dakwah Islam corak budaya yang dimiliki oleh komunitas tertentu dapat dijadikan sebagai media dakwah yang ampuh dengan mengambil nilai kebaikannya dan menolak kemunkaran yang terkandung dalamnya.
Perbedaan penghayatan dan pengamalan agama selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: karakteristik individu, umur, lingkungan sosial, dan lingkungan alam. Kelahiran mazhab dalam Islam pun turut dipengaruhi oleh faktor alam dan geografis. Karena itu, akan selalu ada perbedaan cara beragama antar orang desa dan kota, petani dengan nelayan, masyarakat agraris dan masyarakat industri, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan itu perlu dimengerti oleh para aktivis dakwah supaya dakwah Islam yang dilakukan dapat menyeseuaikan diri dengan kondisi objektif manusia yang dihadapi dan kecendrungan dinamika kehidupan mutakhir.
Dalam melakukan dakwah kultural, para tokoh agama dakwah harus menawarkan pemikiran dan aplikasi syari?at Islam yang kaffah dan kreatif. Materi-materi dakwah perlu disistematiskan dalam suatu rancangan sillabi dakwah berdasarkan kecendrungan dan kebutuhan mad?u.
e. Berusaha Masuk Dalam Rapat-Rapat Lingkungan
Untuk menerapkan strategi dakwah agar masyarakat bisa menerima dakwah maka dilakukan dengan mengirim biaya selama 1 bulan sekali. Dan beliau mengusulkan agar setiap keuangan harus ada laporan, usulannyapun diterima oleh masyarakat. ketika dalam pertemuan maka diberi kesempatan untuk melapor, dan kesempatan inipun tidak disia-siakan maka digunakan untuk berdakwah. strategi inilah yang dilakukan agar bagaimana masyarakat bisa menerima/memahami apa yang disampaikan.
3. Program-Program Dakwah Tokoh Agama
Adapun program-program yang telah terlaksana dan sedang berjalan saat ini adalah dengan mengumpulkan warga dan diisi tentang ajaran Islam supaya mereka mengetahui apa itu Islam serta ajaran-ajarannya dengan membentuk;
1. Memakmurkan Masjid
Kata ust. Iskandar diusahakan setiap masjid harus ada kegiatan keagamaan meskipun hanya seminggu sekali untuk mengikuti kajian bersama, dan diusahakan anak istrinya diajak. Dan untuk lebih semangat lagi diusahakan ada sesuatu yang bisa dimakan/snack, karena yang datang adalah orang-orang yang memiliki keislaman yang kurang. Manfaatnya sangat besar sekali yaitu waktu magrib menjelang isya digunakan untuk menyampaikan dakwah Islam. Sehingga masjidnya betul-betul dimanfaaatkan sesuai dengan fungsinya, mesikpun hanya seminggu sekali.
Dulu dakwah yang dilakukan adalah berdakwah dari rumah ke rumah dan diatur secara bergiliran untuk rumah-rumah yang akan dituju. Namun masjidnya sepi ini, jika demikian keadaannya maka kegiatannya dipindahkan ke masjid, awalnya sedikit sekali yang datang mungkin karena tidak ada snack, walau demikian jama'ah yang datang hanya beberapa orang saja tetapi kegiatannya tetap berjalan, dan disiasati agar jama'ah datang maka suara megaphone dikeraskan sehingga suaranya bisa didengarkan yang lain. Yang hadir sedikit dikatakan yang hadir banyak, ini bisa menarik perhatian mad'u bahwasanya waduh saya kok terlambat padahal jama'ah yang hadir banyak orang. Inilah salah satu program dakwah yang dibangun saat ini.
2. Perkumpulan Karang Taruna
Kumpulan ini adalah untuk menarik hati para pemuda untuk mau bekerja sama dengan membuat baju untuk para pemuda, dan diadakan kumpul bersama, kerja bakti bersama, bahkan setiap RT pun diundang. Maka pada kesempatan demikian dapat digunakan untuk menyampaikan dakwah. Berjalan selama beberapa bulan merekapun bersemangat dengan mendapatkan kaos walaupun dengan harga yang relatif murah.
Utamanya kata ust.Iskandar, awalnya berdakwah itu harus dimulai dari diri kita sendiri, sehingga orang itu akan melihat kalau Islam itu tidak seperti yang mereka bayangkan. Olehnya itu sebagai seorang tokoh/orang yang di depan bagaimana untuk bisa memberikan contoh.
Seperti beliau membangun gudang yang dijadikan tempat usaha/bisnis, maka masyarakat sekitar dilibatkan untuk bekerja, sehingga kesehariannya bisa bertemu dan ada kesempatan untuk menyampaikan dakwah.
a. Pada Kalangan Orang Tua
1. Pengajian Rutin
Kegiatan ini dilaksanakan setiap seminggu sekali, pada setiap masjid-masjid dan mushollah-mushollah dari lingkup RT yang masyarakatnya belum mengenal Islam dengan benar. Mulai dari dusun Bengkok, Baraan A, Kritik, dan tawang etan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan agar masyarakat bisa memahami Islam dengan benar sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
2. Fatayat
Kegiatan ini, diadakan untuk menarik perhatian masyarakat, khususnya pada kalangan ibu-ibu muda mulai dari 20-45 tahun. Kegiatan diadakan agar bagaimana para ibu mengerti cara mendidikan anak, bagaimana sebaiknya bersikap terhadap suami sehingga bisa menjadi ibu teladan, dan bisa dicontohkan oleh anak-anaknya.
3. Muslimat
Kegiatan ini tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang telah disebutkan, hanya saja kegiatan ini dikhususkan kepada kalangan ibu-ibu yang telah memiliki umur yang relatif tua, mulai dari umur 50an. Kegitan ini dimaksud agar ibu-ibu bisa member contoh kepada anak-anaknya supaya mendekatkan diri kepada Allah dan lebih giat lagi ibadahnya.
4. Istighosah
Kegiatan yang satu ini juga merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh para tokoh agama namun dikhususkan pada kalangan bapak-bapak dengan maksud dan tujuan yaitu berdoa, berdzikir, dan meminta kepada Allah SWT. Materi-materi yang diajarkan disesuaikan dengan mad'unya.
5. Yasinan
Kegiatan ini dilaksanakan secara bergiliran mulai dari rumah ke rumah sampai ke masjid yang disepakati, dalam kegiatan ini masing-masing tokoh agama hendaklah dapat tampil menggerakkan suburnya jama'ah di tempat mereka tinggal, ini bukan dalam arti agar dapat mengambil hati masyarakat, namun itu dimaksudkan agar dapat terciptanya masyarakat yang penuh dengan ukhuwah sehingga menurut pengamat penulis di tiap-tiap Masjid/rumah ternyata sebagian besar tokoh agama aktif didalamnya.
b. Pada Kalangan Pemuda/Remaja dan Anak-Anak
1. Ikatan Pelajar Putri Nahdhatul 'Ulama (IPPNU)
Kegiatan ini merupakan sebuah kegiatan yang baru dibentuk belum lama ini. Kegiatan ini dalam rangka untuk membentuk sebuah wadah untuk meningkatkan prestasi pelajar yang bukan hanya dibidang sains melainkan juga untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, khusus pada kalangan remaja putri.
2. Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (IPNU)
Sebagai organisasi pemuda, remaja memiliki peran yang cukup besar terhadap perubahan kondisi di suatu masyarakat atau lingkungannya, karena secara teoritis pemuda atau remajamemiliki kemampuan yang cukup besar guna mewujudkan suatu keadaan yang baru yang ditimbulkan dari adanya daya imajinasi dan idealisme yang kuat sebagai agen perubahan. Oleh karena itu lewat organisasi yang ada tokoh agama ikut andil mengambil bagian dalam pelaksanaan dakwah.
IPNU merupakan salah satu perkumpulan/organisasi pemuda yang merupakan aset yang cukup besar terhadap perubahan kondisi di suatu masyarakat/lingkungannya. Pemuda yang secara psikologis maupun biologis memiliki kemampuan yang cukup guna mewujudkan suatu keadaan yang baru yang disebabkan adanya daya imajinasi dan idealisme yang kuat sebagai agent social of change, sehingga dengan kreativitas (kemampuan berkreasi) dan intelegensi (kecerdasan/ketajaman pikiran) yang ada, memang pemuda benar-benar diharapkan akan sumbangannya terhadap kemajuan masyarakat yang Islami, oleh karena itu, lewat perkumpulan yang ada di desa Geger dusun Sukorejo "remaja", tokoh agama ikut andil mengambil bagian dalam aktivitas dakwah.
Dari sisi lain, pemuda merupakan salah satu bentuk perwujudan pribadi yang belum matang serta belum seimbangnya antara emosi dan rasionya sehingga lewat wadah yang ada ini tokoh agama berusaha mempersiapkan kader-kader masa depan yang benar-benar kokoh untuk menerima tongkat estafet kepemimpinan umat dan guna mewujudkan kondisi kehidupan yang lebih harmonis.
3. Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA/TPQ)
Kegiatan ini adalah untuk membina para santri dengan mengajarkan kepada mereka bagaimana membaca dan memahami al-Qur'an dengan baik dan benar mulai dari;
a. Mempelajari al qur'an dan bagaimana cara membacanya dengan baik dan benar sesuai kaidahnya.
b. Adab membaca, membawa, dan menempatkan al-Qur'an sesuai pada tempatnya.
4. Madrasah Diniyah An Nur Baraan
Adapun dengan adanya madrasah diniyah ini dimaksud untuk manciptakan geneasi muda yang islami dengan dibekali pendidikan Islam Salafi. Dan diajarkan berbagai pelajaran mulai dari Tauhid, Tafsir Ibn Katsir, Tafsir Al Iblis, Tafsir Jalalain, Hadits, serta fiqih. Itu semua diajarkan supaya para santri paham serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari bahkan bisa dijadikan sebagai pegangan dalam menjalankan roda kehidupan sehari-sehari.
4. Faktor-Faktor Penghambat Strategi Dakwah
Pada hakikatnya Islam adalah agama dakwah, yakni agama yang senantiasa memberikan tugas atau kewajiban kepada seluruh umatnya untuk menyebarluaskan ke seluruh penjuru dunia sebagai rahmat bagi seluruh alam, sehingga Islam menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi semua manusia bilamana ajaran Islam yang mencakup segala aspek kehidupan itu dijadikan pedoman hidup serta dilaksanakan dengan penuh kesungguhan. Hal ini disebabkan karena, esensi dakwah adalah mengadakan dan memberikan arah perubahan, mengubah struktur masyarakat dan budaya dari berbagai bentuk kedhaliman kearah keadilan, dari kebodohan dan keterbelakangan kearah kecerdasan dan kemajuan, kemiskinan kearah kemakmuran yang kesemuanya itu dalam rangka meningkatkan derajat manusia dan masyarakat pada puncak ketaqwaan.
Namun demikian, segala apa yang telah kita usahakan belumlah pasti berjalan seperti yang diharapkan apalagi keberhasilannya. Hal ini pasti akan menemui berbagai rintangan dan hambatan.
Adapun, beberapa hal yang menjadi faktor penghambat Strategi dakwah tokoh agama desa Geger antara lain : latar belakang pendidikan, dicemooh, kondisi ekonomi keluarga, dan kondisi sosial masyarakat.
a. Latar Belakang Pendidikan
Kepedulian orang tua dalam menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anaknya merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kondisi pemuda dimasa mendatang artinya, semakin tinggi kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak maka kondisi anak di masa depan tentu akan lebih baik.
Namun, fenomena yang terlihat dikalangan tokoh agama tidaklah demikian, hal ini secara umum dapat kita ketahui dari data pendidikan penduduk desa Geger dusun Sukorejo.
Dari 5.246 jumlah jiwa, tamatan Perguruan Tinggi sebesar 3 orang, tamatan SLTA 110 orang dan 456 lulusan SLTP. Dari data ini menunjukkan bahwa, tingkat pendidikan masyarakat Desa Geger tergolong masih rendah berlatar belakang yang serba rendah ini berakibat tidak adanya motivasi pada tiap-tiap individu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Walaupun di antara mereka yang memang terbentur dengan keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan. Namun pemuda yang berlatar belakang pendidikan SLTP/SLTA kebanyakan dari desa-desa yang sudah maju. Sedangkan bagi mereka yang berada di daerah pedalaman kebanyakan hanya lulus SD, bahkan banyak yang tidak mengeyam pendidikan sama sekali. Dengan realitas semacam ini kurang memungkinkan sekali bagi tokoh agama untuk mengadakan perubahan-perubahan pada perbaikan kualitas. Sementara dipihak lain, perubahan era yang serba cepat membutuhkan sekali tenaga-tenaga yang potensial.
b. Dicemooh Oleh Masyarakat
Berdakwah memang bukan suatu hal yang gampang, olehnya itu dalam berdakwah dibutuhkan seorang dai yang tahan banting, dalam menghadapi masyarakat desa yang memiliki berbagai macam kultur/budaya. Sehingga sampai saat ini dalam melakukan dakwah sangat dibutuhkan seorang dai yang telaten dan sabar dalam melaksanakan dakwah pada masyarakat desa. Sebab yang namanya dihina, dicaci, pasti akan selalu ditemukan dalam masyarakat.
c. Kondisi Ekonomi Keluarga
Ekonomi merupakan faktor yang sangat dominan dalam menopang kehidupan manusia, bahkan ekonomi adalah salah satu faktor yang penting dalam rangka mencapai keberhasilan suatu aktivitas. Dengan kata lain, ekonomi adalah salah satu syarat mutlak dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu usaha.
Sehingga dalam Strategi dakwah tokoh agama, ekonomi menjadi salah satu faktor yang menghambatnya. Hal ini memang pada kenyataannya sebagian besar tokoh agama berasal dari keluarga yang kondisi sosial ekonominya menengah ke bawah.
Dari sisi lain, bila kita simak sejarah perjalanan Rasul dalam membawa risalah Allah, keberhasilan beliau juga disebabkan keteladanan/perilaku Rasul dalam hidupnya dan ternyata beliau benar-benar mampu memberikan semua itu, baik secara moril maupun materiil.
d. Kondisi Sosial Masyarakat
Masyarakat adalah suatu perwujudan, komunitas manusia yang di dalamnya terjadi komunikasi dan interaksi antara orang perorangan, individu satu dengan yang lain. Dengan demikian, antara masing-masing individu harus terjalin kebersamaan dan saling mengadakan kerja sama demi terwujudnya tujuan dan cita-cita ideal masyarakat. Itu semua akan terwujud bilamana setiap anggota masyarakat memiliki wawasan yang memungkinkan pencapaian suatu iklim modernitas.
Cuma saja yang dihadapi tokoh agama, ternyata berbenturan dengan suatu masyarakat yang masih kaku, sikap tersebut berakibat sulitnya mereka berbagai bentuk pembaharuan yang disebabkan oleh kurangnya wawasan mereka dalam kehidupan ini.
Karena berbagai hambatan dan kendala yang dihadapi dalam dakwah, tokoh agama berusaha mengantisipasi dan mengurangi hambatan-hambatan pada strateginya.
5. Faktor Pendorong Aktivitas Dakwah
Dalam menjalankan roda organisasi ataupun dakwah, pasti akan menjumpai berbagai kendala atau hambatan, di satu pihak, dan juga akan berhadapan dengan berbagai faktor menjadikan motor penggerak dalam berusaha. Berikut beberapa faktor pendorong Strategi dakwah Tokoh agama Menurut para tokoh agama yang aktivitasnya tercurah pada pembinaan agama desa Geger Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung adalah:
a. Strategi dakwah di Desa Geger Kecamatan Kecamatan Sendang didorong oleh adanya bentuk masyarakat yang homogen, artinya sebagian besar masyarakat masih berada dalam satu bingkai. Hal ini dilatarbelakangi oleh factor sebagai berikut :
1) Kesamaan pencaharian petani
2) Seimbangnya mata pencharian beternak sapi perah
3) Tidak adanya jurang pemisah dalam struktur masyarakat
(Wawancara dengan Ust Samsuri, selaku Mubaligh Desa Geger, sabtu 04 Mei 2011 )
b. Adanya Dukungan Dari Organisasi Islam,
Sebagian besar masyarakat di desa Geger Kecamatan Sendang merupakan warga Nahdliyin baik yang secara formal maupun non formal dalam arti tidak mempunyai anggota warga NU, dan mereka yang bernaung di NU senantiasa ingin agar ajaran Islam tetap ada dalam diri setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
6. Karakteristik Masyarakat Desa Geger Dusun Sukorejo
a. Masyarakat 90% adalah petani dan buru tani
b. Masyarakat 100% adalah beternak dan buru ternak/masyarakat yang mengasuh milik orang lain dengan sistem bagi hasil
c. Masih meyakini adanya hal-hal yang tabu/kepercayaan;
d. Tunduk pada orang yang dianggap tokoh/panutan;
e. Jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih sedikit dengan adanya program Keluarga Berencana (KB)
f. Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet daripada di kota.
g. Memiliki pandangan yang sempit, terhadap hal-hal yang baru.
7. Kultur/budaya Masyarakat Desa Geger Dusun Sukorejo
a. Masyarakat banyak yang masih menganut kepercayaan kejawen
b. Adat yang melekat pada diri masyarakat masih terlihat kental sekali. Hal ini terlihat jelas pada kalangan orang tua
c. Banyak yang masih mengunjungi tempat-tempat sacral yang dianggap bisa memberi apa yang mereka minta atau punden yang dijadikan sebagai tempat meminta mereka
d. Adanya Kembar Mayam; salah satu adat istiadat saat mantenan yang dilakukan oleh orang tua pada anaknya, ini ada keyakinannya tersendiri katanya jika tidak dilakukan maka dia tidak mempunyai anak. Padahal itu semua bukan dari ajaran Islam. Untuk menanggulangi hal seperti itu sangat sulit sekali,
e. Masih menggunakan dukun sebagai tempat berobat ketika sakit, maka mereka pun datang ke dukun untuk menanyakan sakit apa yang diderita ananknya, padahal tanpa sadar mereka sudah melakukan sebuah kesyirikan. Ataupun datang ke tempat sesembahan mereka (punden) bahkan setiap malam jumat ada yang menyembeli hewan (kambing, ayam dll) demi untuk mendapatkan kekayaan, padahal secara lahiriyah mereka paham akan Islam. Hal ini karena tidak adanya kesabaran dalam diri mereka sehingga mereka berani mengahalalkan segala cara.
8. Analisis Data
Sesuai dengan urutan-urutan yang sudah peneliti tetapkan dalam metode penelitian, maka selanjutnya adalah melakukan analisis data hasil temuan di lapangan, untuk menguraikan dan menjelaskan temuan-temuan tersebut. Hasil analisis dan interpretasi dituangkan atau dideskripsikan sesuai dengan fenomena dilapangan.
a. Temuan Data
Temuan data merupakan hasil dari penelitian yang masih bersifat transparan, adapun data yang diperoleh merupakan data artinya proses pelaksanaan analisis data telah dilakukan ketika dalam proses pengumpulan data serta dilakukan secara intensif.
Strategi dakwah tokoh agama desa geger antara lain:
1. Memasuki rumah yang penghuninya belum mengenal Islam
2. Menjadikan masjid sebagai pusat kajian keislaman
3. Pengembangan metode dakwah fardhiyah
4. Penerapan dakwah kultural
5. Berusaha masuk dalam rapat-rapat lingkungan
Program-program dakwah tokoh agama desa geger yang peneliti dapatkan antara lain:
1. Memakmurkan Masjid
2. Perkumpulan Karang Taruna
3. Dakwah Pada Kalangan orang Tua
4. Dakwah Pada Kalangan Pemuda, Remaja dan Anak-Anak
b. Relevansi Antara Temuan dan Teori
Setelah melakukan penggalian data melalui wawancara dan pengamatan langsung serta penelahan dokumen-dokumen yang peneliti dapatkan dari tokoh agama desa Geger maka peneliti mendapatkan beberapa temuan data sesuai dengan fokus penelitian yang sesuai dengan teori yang relevan. Terkait tugas tokoh agama dalam membuat strategi dakwah serta program-programnya.
Banyak da'i yang membuat program tanpa didasari kemampuan yang ada, sehingga akhirnya mereka membuat program yang cantik di atas kertas tapi sulit direalisasikan. Hal ini karena mereka membuat program tanpa terlebih dahulu melakukan analisa kemampuan organisasi dan diri dalam berdakwah. Salah satu model analisa kemampuan organisasi dalam berdakwah yang cukup mudah diterapkan adalah Analisa SWOT (SWOT Analysis).
Analisa SWOT adalah analisa kemampuan yang memperhatikan unsur kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan tantangan atau ancaman (threat). Kekuatan dan kelemahan lebih mengarah pada situasi internal organisasi. Sedang peluang dan ancaman lebih mengarah pada situasi lingkungan (eksternal) pada masyarakat.
Para tokoh perlu membuat analisa SWOT dengan melakukan pendataan terhadap apa saja yang termasuk kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dakwahnya. Dari data tersebut, lalu dibuat strategi yang nantinya akan mewarnai program kerja yang telah dibuat.
Dari strategi yang dibuat berdasarkan analisa kemampuan para tokoh agama, lalu dibuat program kerja jangka pendek/jangka panjang berdasarkan strategi. Bukan berdasarkan obsesi atau keinginan individu. Dan juga bukan berdasarkan "nafsu besar, tenaga kurang".
Program kerja yang baik sekurang-kurangnya mencakup unsur-unsur sebagai berikut :
a. Nama Kegiatan
b. Sasaran Kegiatan
c. Waktu Kegiatan
d. Tempat Kegiatan
e. Biaya Kegiatan
f. Objek Kegiatan
Setelah melakukan analisa kemampuan seorang da'i/tokoh agama itu sendiri, dilanjutkan dengan implementasi program yang harus berbobot. Implementasi program yang berbobot tidak dapat lepas dari pengorganisasian (organizing) dan pengarahan (actuating) yang baik. Beberapa unsur pengorganisasian yang perlu dilakukan tokoh agama antara lain; Membuat struktur organisasi berdasarkan program, membuat uraian pekerjaan tugas (job description) berdasarkan pemerataan tugas, menempatkan personil pengurus berdasarkan kemauan, kemampuan, dan kesempatan, serta menginventarisir sarana/fasilitas dan dana yang dibutuhkan. Sedang unsur pengarahan (actuating) para tokoh agama yang perlu diwujudkan antara lain adalah: Kemampuan memotivasi, kemampuan bekerja sama, kemampuan mengelola konflik dan kemampuan berkomunikasi timbal balik.
a. Analisis Lingkungan Eksternal
Tokoh agama harus membuat program ataupun event yang berpusat dimasjid seperti kegiatan bakti sosial disekitar lingkungan masjid agar masyarakat bisa mengenal masjid, jangan hanya memperbagus desa sementara masjid terbengkalai. Walaupun kita ketahui bahwa mereka tokoh agama tidak pernah sekolah tapi itu semua adalah tuntutan agama bagaimana membuat strategi agar dakwah dapat diterima di masyarakat dan Islam bisa ditegakkan.
Dalam rangka menyebarkan dakwah Islam, maka terlebih dahulu menganalisis lingkungan eksternalnya. Hal tersebut dapat dipahami dari latar belakang keberadaan tokoh agama yaitu dalam rangka membendung berbagai upaya-upaya yang akan menghancurkan Islam di lingkungan desa Geger Dusun Sukorejo.
Dalam menganalisis lingkungan eksternal maka ada dua hal yang dianalisis yaitu ancaman (threat) dan peluang (opportuniy) ketika melakukan berdakwah.
Peluang yang menjadi faktor penguat bagi para tokoh agama desa Geger Dusun sukorejo adalah masyarakat Nahdiyin hal tersebut berupa dukungan dari elemen masyarakat yang ada
Tantangan yang menjadi faktor penghalang bagi para tokoh agama adalah lingkungan eksternal yang meliputi berbagai hal yang mengancam eksistensi dakwah yang dalam hal ini dimotori oleh Tokoh Agama Desa Geger Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. Tantangan-tantangan tersebut berupa dicemooh, kurangnya pendidikan terhadap masyarakat desa, sosial ekonomi masyarakat dll.
b. Analisis Lingkungan Internal
Dengan adanya strategi seperti yang dikatakan di atas maka,
Dalam menganalisis lingkungan sekitar, maka terdapat beberapa hal yang akan dianalisis yaitu ketika dalam menyebarkan Islam di tengah-tengah masyarakat, maka tokoh agama terlebih dahulu menganalisis terhadap kekuatan (Strength) internalnya. Hal tersebut dapat dilihat dari lingkup kegiatan dan program yang dilakukannya. Begitu juga ketika para tokoh agama merasakan perlunya koordinasi antar tokoh agama yang ada, agar dakwah akan tetap berjalan dangan lancar
Analisis lingkungan internal meliputi dua hal yaitu kekuatan (Strength) dan kelemahan (weakness) dalam berdakwah. Kekuatan Para tokoh agama Desa Geger Dusun Sukorejo adalah adanya dukungan dari pemerintahan setempat yang ada sehingga terbentuk sebuah wadah yang menyatukan kekuatan bersama dalam memperujangkan Islam.
Kelemahan (weakness) Tokoh Agama Desa Geger Dusun Sukorejo yaitu kurangnya pengelolaan manajemen dakwah, hal tersebut dapat dilihat dari adanya kegiatan yang diadakan oleh para tokoh agama yang masih lingkup sederhana. Selain kelemahan tersebut, kelemahan yang lain adalah kurangnya dukungan dari pihak internal karena pemahaman masyarakat yang sangat minim sekali dalam hal pendidikan.
Dengan demikian sebagai seorang da'i ketika dalam berdakwah dimanapun dia berada diharapkan dapat;
1. Berani dan Tegas
Berani karena benar. Keberanian pejuang kebathilan lebih berhak dimiliki oleh seorang da'i. Cukuplah Allah sebagai pelindung dan penolong. Dialah sebaik-sebaik pelindung dan penolong. Ditangkap, disiksa, kehilangan pekerjaan, bahkan kematian adalah resiko sebuah perjuangan. Bukan semua orang akan mati? Rezeki telah ditetapkan oleh Allah walau anda berjuang atau tidak. Surga disisi Allah tidak didapatkan secara cuma-cuma, tapi perlu usaha.
2. Serius dan Bersungguh-sungguh
Dakwah adalah pekerjaan yang serius sehingga memerlukan kesungguhan. Dakwah menentukan tegak tidaknya Islam. Dakwah menentukan mulia tidaknya Islam. Dakwah islam menentukan selamat tidaknya hidup kita di dunia dan akhirat. Oleh karena itu dakwah harus dihadapi sebagai persoalan hidup atau mati. Tidak ada yang lebih penting dalam kehidupan seorang muslimlebih dari dakwah. Hayatu al-muslim hayatu al-dakwah semua yang dimiliki (harta kedudukan bahkan nyawa) sesungguhnya hanya wasilah untuk dakwah.
3. Sabar dan Teguh Jiwa
Dakwah akan berhadapan dengan berjuta rintangan. Seorang da'i harus sabar dan teguh jiwanya untuk menghadapi semua. Orang yang ingin menghancurkan Islam saja melakukannya dengan penuh kesabaran. Kehancuran Islam sudah demikian lama, secara sunnatullah memerlukan waktu yang cukup lama pula untuk membangunnya kembali. Sabar bersumber dari kesadaran bahwa semua memerlukan proses dan keberhasilan adalah semata buah dari proses itu. Keteguhan jiwa bersumber dari kekuatan ruhiyah yang dibina melalui ibadah mahda (shalat malam, puasa sunnah, dzikir, membaca al-Qur'an, dsb).
4. Tak Henti Terus Belajar dan Memperbaiki Diri
Tidak kata berhenti buat para da'i untuk terus menambah pengetahuan terkait pemikiran, ide, hukum, dan tsaqofah Islam (bahasa arab, fiqh, sirah 'sejarah', dsb) dari belajarlah pemahaman akan bertambah dan kesalahan diperbaiki sehingga kemampuan dalam berdakwah semakin meningkat. Belajarlah melalui membaca baik yang tersurat maupun tersirat, serta belajar dari pengalaman.
Da'i menjadi cermin pengetahuan dan pengamalan ajaran Islam bagi masyarakat. Oleh karena itu seorang da'i harus memperbaiki diri. Seorang da'i harus mengamalkan apa yang diserunya, melakukan yang makruf dan meninggalkan yang mungkar. Dengan perbaikan terus menerus akhlak, ibadah, muamalah, keluarga, dan semua yang tampak dari seorang da'i semakin sempurna. Kesalahan seorang da'i akan berdampak lebih buruk daripada kesalahan orang biasa.
5. Bisa Bekerja Sama
Dakwah bagi tegaknya mabda' (ideologi) Islam harus dilakukan secara berjama'ah, tidak bisa sendirian. Membangun rumah saja perlu banyak orang, apalagi membangun rumah umat. Seorang da'i harus bisa bekerja sama, terutama dengan anggota sesama jamaah dakwah. Keseriusan, kesungguhan , kesabaran, sikap istiqomah dalam dakwah serta upaya perbaikan dan pembelajaran terus menerus lebih mudah dilakukan secara berjamaah.
6. Menjadi Teladan bagi Umat
Ingatlah bahwasanya Nabi SAW adalah teladan bagi para da'i dan Nabi adalah da'i mulia. Dalam dirinya terkandung semua karakter utama. Para da'i sekarang harus mengaca padanya. Dialah teldan utama. Keyakinan Nabi akan mabda Islam, keseriusan, kesungguhan, kesabaran, sikap istiqomah dalam dakwah tiada tara. Keberhasilan dakwah Nabi tidak bisa lepas dari pancaran sosok pribadi beliau. Oleh karena itu, keberhasilan dakwah saat ini juga tidak bisa lepas dari Sikap dan karakter seorang da'i.
BAB V
PENUTUP
Untuk dapat menemukan gambaran singkat tentang pembahasan dalam penulisan skripsi ini, dengan tanpa menafikan berbagai kekurangan dalam penelitian hingga penyusunan skripsi ini, penulis menyimpulkan namun bukan maksud "menyederhanakan" bingkai sistematisasi isi pembahasan dalam menjawab rumusan masalah yang terangkum dalam kesimpulan berikut :
A. Kesimpulan
Bahwasanya dalam menjalankan dakwah dibutuhkan orang/dai yang betul-betul memahami akan Islam dan telaten dalam mengajak manusia ke jalan benar, sebab itu akan sangat mendukung sekali ketika kita melaksanakan dakwah.
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Strategi dakwah tokoh agama desa Geger Dusun Sukorejo dalam mendakwahkan Islam cukup besar. Hal ini terlihat dari berbagai pelaksanaan program kerja tokoh agama yang meliputi berbagi bidang, baik untuk peningkatan kualitas tokoh agama sendiri maupun masyarakat. Kegiatan ini antara lain melalui, kegiatan untuk kalangan orang tua memakmurkan masjid, perkumpulan karang taruna, pengajian rutin, Fatayat, Muslimat, Istighosah, dan sosial kemasyarakatan. Sedangkan untuk kalangan pemuda/remaja antara lain: Ikatan Pelajar Putri Nahdhatul Ulama'(IPPNU), Ikatan Pemuda Nahdhatul Ulama'(IPNU) pembinaan Taman Pengajian Al-Qur'an (TPQ), Madarasah Diniyah An-Nur
2. Langkah-langkah yang ditempuh tokoh agama dalam strategi dakwah dengan jalan antara lain melalui
a. Mamasuki rumah yang penghuninya belum mengenal Islam
b. Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan keislaman
c. Pengembangan metode dakwah fardhiyah.
d. Penerapan Dakwah Kultural
e. Berusaha masuk dalam rapat-rapat lingkungan
B. Saran-Saran
a. Hendaknya Tokoh Agama Desa Geger juga memperbanyak pesan dakwah yang berciri syariah dan akhlak dalam strategi dakwahnya dan membutuhkan sebuah ketelatenan ketika menyampaikan dakwah.
b. Selain itu, hendaknya Para Tokoh Agama juga mengadakan kegiatan training yang berciri syariah dan aqidah, dan training menjadi orang tua asuh atau pengkajian bagaimana Rasullulah menghormati orang-orang non-Muslim .
c. Hendaknya Para Tokoh Agama bekerjasama dengan organisasi dakwah agar para anggotanya dapat merasakan berdakwah kepada orang-orang pedesaan yang belum mengerti bagaimana melaksanakan Islam secara benar dan baik, bukan berdakwah yang cenderung menghakimi kepada orang-orang non-Muslim
d. Hendaknya Mahasiswa Jurusan Dakwah STAIL bisa menjadi fasilitator atau bekerjasama dengan organisasi-organisasi bercirikhaskan Islam atau dakwah untuk memberi masukan bagaimana melaksanakan dakwah secara benar dan baik.
C. Penutup
Segala puji syukur alhamdulillah Rabbil 'Alamin kepada Allah SWT, Tuhan yang patut kita sembah, pencipta alam semesta, bahwa dengan curahan taufiq dan hidayah-Nya semata, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kritik dan saran serta tegur sapa dari semua pihak akan penulis terima dengan lapang dada untuk kesempurnaan karya selanjutnya.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah tadahkan tangan serta harapan, semoga skripsi yang sederhana ini hendaknya bisa bermanfaat khususnya bagi penulis, dan pembaca yang budiman pada umumnya, dan jika terdapat kesalahan semoga Allah selalu melimpahkan maghfirah-Nya kepada kita semua. Amin Ya Rabbal 'Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
AS, Enjang, Hajir Tajiri. 2009. Suatu Pendekatan Teologis & Filosofis ETIKA DAKWAH. Bandung: Widya Padjajdaran
Arifin, H.M.. 2000. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: PT Bumi Aksara,
Ali Aziz, Muhammad. 2004. Edisi Revisi Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana
Ali Aziz, Muhammad. 1993. Ilmu Dakwah. Surabaya: IAIN Sunan Ampel
Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah
Al Faruq, Asadullah. 2010. Mengelolah dan Memakmurkan Masjid. Solo: Pustaka Araqah
Dermawan, Andi dkk. 2002. Metodologi Ilmu dakwah. Yogyakarta: Kurnia Alam Semesta.
A Partanto Pius, Menggunakan Dahlan al Barry. 1994. Kamus Ilmiah. Surabaya: Arkola.
Departemen Agama RI. 1993. Al Qur'an dan Terjemahnya. Semarang: CV Al Waah.
Hamka. 1990. Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam. Jakarta: PT Pustaka Panji Mas
Hamka, Buya. 1982. Tafsir al-Azhar, Jakarta: Panji Mas
Hawwa, Said. 2005. Strategi Aktivis Dakwah. Jawa Barat: Iqra Karunia Gemilang.
Katsir, Ibnu. 1990. Tafsir Ibnu Katsir, penerj. Said Salim Bahraisy, Surabaya: PT Bina Ilmu
Kafie, Jamaluddin. 1993. Psikologi Dakwah. Surabaya: INDAH
KKN, Bina Desa Berkelanjutan angk. 2007. Tulungagung Juli 2010.
Leibo, Jefta. 1995. Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta, Andi Offset
Munir, M, Wahyu Ilahi. 2009. Manajemen Dakwah. Jakarta : Kencana.
Muhyiddin, H. Asep dan Agus Ahmad Safei. 2002. Metode Pengembangan Dakwah. Bandung : CV PUSTAKA SETIA
Mubarok, Ahmad. 1999. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus
Meleong, Lexy J. 1991. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mitchell, Duncan. 1984. SOSIOLOGI Suatu Analisa Sistem Sosial. Jakarta: BINA AKSARA
Nasir, Moh. 2003. Metode Penelitian Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nasution, S. 2004. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Shihab, Quraish. 2002. Tafsir al Misbah, Jakarta: PT Lentra Hati
Suharsimi, Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutrisno, Hadi. 1990. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Ofset.
Syarif, N. Faqih, 2011. Menjadi Da'i Yang Dicinta. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Turner, Jonathan H. 1978 The Structure of Sociological Theory : Revised Ed.
Homewood. III: The Dorsey Press.
Yakub, Ali Mustofa. 2008. Sejarah Dan Metode Dakwah Nabi. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Yakub, H.M. 1984. Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa. Bandung: Angkasa.